SEJARAH CHINA : Dari Masa Ke Masa

 Republik Rakyat China 


SEJARAH CHINA

Daftar isi
1 Prasejarah
1.1 Paleolitik
1.2 Neolitik

2 Zaman kuno
2.1 Dinasti Xia (2100 SM-1600 SM)
2.2 Dinasti Shang (1600 SM-1046 SM)
2.3 Dinasti Zhou (1046 SM–256 SM)
2.4 Periode Musim Semi dan Musim Gugur (722 SM-476 SM)
2.5 Periode Negara Perang (476 SM-221 SM)

3 Zaman kekaisaran
3.1 Dinasti Qin (221 SM–206 SM)
3.2 Dinasti Han (206 SM–220)
3.3 Zaman Tiga Negara (220–280)
3.4 Dinasti Jin dan Enam Belas Negara (280-420)
3.5 Dinasti Utara dan Selatan (420–589)
3.6 Dinasti Sui (589–618)
3.7 Dinasti Tang (618–907)
3.8 Lima Dinasti dan Sepuluh Negara (907–960)
3.9 Dinasti Song, Liao, Jin, serta Xia Barat (960-1279)
3.10 Dinasti Yuan (1279–1368)
3.11 Dinasti Ming (1368–1644)
3.12 Dinasti Qing (1644–1911)

4 Zaman modern
4.1 Republik Tiongkok
4.2 Republik Rakyat Tiongkok


Republik Rakyat China 

Sejarah Tiongkok adalah salah satu sejarah kebudayaan tertua di dunia. Dari penemuan arkeologi dan antropologi, para ahli arkeologi menyatakan bahwa daerah Tiongkok konon ternyata telah didiami oleh manusia purba sejak 1,7 juta tahun yang lalu. Peradaban Tiongkok berawal dari berbagai negara kota di sepanjang lembah Sungai Kuning pada zaman Neolitikum. Berbagai penemuan arkeologis kuno ditemukan di sepanjang lembah sungai besar tersebut.


Dari negeri China ini juga, keturunan terakhir dari umat manusia yang menjadi penerus dan pemegang panji Nabi Syts a.s. akan dilahirkan, sebelum pintu Kiamat datang, begitulah Nubuat yang disampaikan kepada Rasulullah tentang negeri China. Keturunan manusia terakhir yang akan muncul sebelum kiamat adalah dari Tiongkok, keturunan manusia terakhir ini membawa panji-panji kewalian dari Nabi Syts a.s. Setelah itu Kiamat pun akan dimulai dan seluruh kehidupan akan diakhiri dengan Kiamat. Karena dinubuatkan sebagai keturunan manusia yang terakhir, maka tentu saja kemunculan generasi ini adalah setelah selesainya Imam Mahdi dan juga turunnya Nabi Isa a.s.   

Begitu pentingnya negeri China ini bagi seluruh umat manusia, menyimpan sejarah penting bagi kemanusiaan baik di masa lalu atau bahkan di masa depan yang jauh. Karakter dan peran penting Negeri China di masa depan ini tentunya tidak bisa serta merta dikaitkan dengan berbagai kondisi kekinian yang melanda negeri China. China yang dicengkeram Komunis sampai dengan saat ini, tidak ada kaitannya dengan jatidiri dan eksistensi China yang sebenarnya. Karena kekuasaan Komunis China dihitung barulah beberapa tahun saja, dibandingkan dengan salah satu generasi Dinasti China di masa lalu saja, kekuasaan Komunis yang ada sekarang tidak seberapa, apalagi jika dibandingkan dengan jati diri China yang sebenarnya. Komunis hanyalah ide sementara yang berbatas waktu, pada saatnya musnah maka akan musnahlah sebuah ide atau pemikiran, bahkan sebuah ideologi. 

Karakter penting negeri negeri di seluruh dunia sama penting dengan negeri China, karena cerita sejarah tentang Ras manusia Bani Adam adalah cerita sejarah yang berkesinambungan, susul menyusul dan membentuk sebuah untaian sejarah yang menceritakan bagaimana karakter Ras manusia. Sayangnya pertempuran, peperangan, dendam, iri dengki selalu hadir seiring sejarah perkembangan manusia. Pertumpahan darah, kebencian ikut hadir mendominasi sejarah. Demikianlah pemahaman dasar yang harus dimiliki pada saat menggelar studi bangsa-bangsa yang ada di dunia. 

Pergantian dinasti dinasti dalam sejarah Tiongkok berhasil mengembangkan suatu sistem birokrasi yang memungkinkan Kaisar Tiongkok memiliki kendali langsung terhadap wilayah yang luas. Pandangan konvensional terhadap sejarah Tiongkok, melihat bahwa Tiongkok adalah suatu sistem kenegaraan yang mengalami pergantian antara periode persatuan dan perpecahan politis, yang bahkan kadang-kadang dikuasai oleh suku bangsa asing (non-Han), yang sebagian besar kemudian terasimiliasi ke dalam populasi Suku Han. Pengaruh budaya dan politik dari berbagai wilayah di Asia, yang dibawa oleh gelombang imigrasi, ekspansi, dan asimilasi yang bergantian, menyatu untuk membentuk budaya Tiongkok modern.

Jutaan Rakyat Tewas Dalam Sejarah Cina

Cina adalah negeri yang penuh dengan duka cita dan ganas. Sepanjang perjalanan sejarahnya, tercatat jutaan rakyat tewas karena berbagai sebab politik, peperangan, dan juga pandemi. Tercatat sebanyak 120 juta orang tewas dalam konflik politik, pepetangan, dan bencana bencana besar.

1. 60 juta tewas
Catatan kematian massal pertama yang ditemukan  adalah kematian akibat pendirian Dinasti Yuan (1279–1368) oleh Khu Balai Khan. Raja bengis dari Mongol ini membuat 60 juta orang Tiongkok Tewas

2. 20 juta tewas akibat Pes

Belum selesai kematian massal akibat kekejaman Dinasti Yuan. Masyarakat Tiongkok kembali mendapatkan serangan wabah penyakit pes  yang membunuh 30 % Penduduk China, (Sekitar 20 juta orang tewas karena Pes). Peristiwa ini juga terjadi di jaman Dinasti Yuan.

3. Gempa Raksasa Shaanxi

Pada tahun  1556 sebuah gempa yang terjadi di Shaanxi meneswaskan lebih dari : 830 ribu orang

4. 25 juta tewas 

Penaklukan Manchu atas Dinasti Ming (1616-1644) atau pendirian Dinasti Qing membuat 25 juta orang tewas

5. 20 juta tewas

Pemberontakan Taiping pada tahun 1864 menyebabkan  20 juta korban tewas


------------------------------
1 Prasejarah
-----------------------------
1.1 Paleolitik

---------------------------------------
Paleolitikum
-------------------
Homo erectus telah mendiami daerah yang sekarang dikenal sebagai Tiongkok sejak zaman Paleolitik, lebih dari satu juta tahun yang lalu [3].

Kajian menunjukkan bahwa peralatan batu yang ditemukan di situs Xiaochangliang telah berumur 1,36 juta tahun [4].

Situs arkeologi Xihoudu di provinsi Shanxi menunjukkan catatan paling awal penggunaan api oleh Homo erectus, yang berumur 1,27 juta tahun yang lalu [3]. Ekskavasi di Yuanmou dan Lantian menunjukkan permukiman yang lebih lampau. Spesimen Homo erectus paling terkenal yang ditemukan di Tiongkok adalah Manusia Peking yang ditemukan pada tahun 1965.

Pembahasan lebih lanjut soal Manusia Peking dan Homo Erectus di China ini 
Lihat Opini lebih lanjut di tulisan Opini  : Mencari Satu Yang Hilang 
------------------------------------
Adam : Abu Muhammad
--------------------------------
40.000 tahun yang lalu
38.000 SM

Lihat Link : Tulisan Periodisasi Sejak Kemunculan Ras Abu Muhammad Pertama di Dunia
--------------------------
21000 - 18500 tahun yang lalu
16500 dan 19000 SM
-------------------------------------
Tiga pecahan tembikar yang berasal dari 16500 dan 19000 SM ditemukan di Gua Liyuzui di Liuzhou, provinsi Guangxi [5].
--------------------------------------
1.2 Neolitik
-------------------------------
Neolitikum
----------------------------------
12.000 tahun yang lalu
10.000 SM  
---------------------------------------
Tembikar Neolitik Tiongkok.Zaman Neolitik di Tiongkok dapat dilacak hingga 10.000 SM [6].
----------------------------------------
9.000 tahun yang lalu
7.000 SM
------------------------------------------------------
7.000 SM  : Kebudayaan Peiligang di Xinzheng, Henan
            Kebudayaan Jiahu

Bukti-bukti awal pertanian milet memiliki penanggalan radiokarbon sekitar 7000 SM [7].
Kebudayaan Peiligang di Xinzheng, Henan berhasil diekskavasi pada tahun 1977 [8].

Dengan berkembangnya pertanian, muncul peningkatan populasi, kemampuan menyimpan dan mendistribusikan hasil panen, serta pengerajin dan pengelola [9].

Pada 7000 SM, penduduk Tiongkok bercocok tanam milet, menumbuhkan kebudayaan Jiahu.
----------------------------------------------
Akhir Neolitikum
----------------------------------------------
Pusat kebudayaan Banpo, Xi'an
--------------------------------------------------
Pada akhir Neolitikum, lembah Sungai Kuning mulai berkembang menjadi pusat kebudayaan dengan penemuan arkeologis signifikan ditemukan di Banpo, Xi'an [10].

Sungai Kuning dinamakan demikian disebabkan terdapatnya debu sedimen (loess) yang bertumpuk
di tepi sungai dan tanah sekitarnya, yang kemudian setelah terbenam di sungai menimbulkan warna yang kekuning-kuningan pada air sungai tersebut.[11]

Sejarah awal Tiongkok dibuat rumit oleh kurangnya tulisan pada periode ini dan dokumen-dokumen pada masa sesudahnya yang mencampurkan fakta dan fiksi pada zaman ini.
--------------------------------------------------------------
8000 - 7000  tahun yang lalu
6000-5000 SM
----------------------------------------------------------------
6000-5000 SM : Lukisan Gua di Damaidi di Ningxia

Di Damaidi di Ningxia, ditemukan 3.172 lukisan gua berasal dari 6000-5000 SM yang mirip dengan karakter-karakter awal yang dikonfirmasi sebagai aksara Tionghoa [12][13].
------------------------------------------------------------------
4500 tahun yang lalu
2500 SM
-------------------------------------------------------------------------
2500 SM  Kebudayaan Yangshao                                 Mesir
         Kebudayaan Longshan

Kebudayaan Yangshao yang muncul belakangan dilanjutkan dengan kebudayaan Longshan pada sekitar 2500 SM.
-----------------------------------------------------------------
2. Zaman kuno
-------------------------------------------------------
4100-3600 tahun yang lalu
2100 SM-1600 SM
---------------------------------------------------
2.1 Dinasti Xia (2100 SM-1600 SM)
--------------------------------------------------------------
4205-3766 tahun yang lalu
2205-1766 SM                                                      
--------------------------------------------------------------------------
2205-1766 SM                                                        Mesir
perhitungan Liu Xin,
dinasti ini berkuasa antara 2205-1766 SM
-----------------------------------------------------------------------------
3989-3558 tahun yang lalu
1989-1558 SM.
------------------------------------------------------------------
Sejarah Bambu, pemerintahan dinasti ini adalah antara 1989-1558 SM.
-------------------------------------------------------------
4070-3600 tahun yang lalu
2070-1600 SM
---------------------------------------------------
Menurut Proyek Kronologi Xia Shang Zhou (PK XSZ) yang diselenggarakan oleh pemerintah Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1996, dinasti ini berkuasa antara 2070-1600 SM
-------------------
Dinasti Xia
Pendiri : Yu yang Agung
----------------
Wilayah kekuasaan Xia
---------------------------
Dinasti Xia adalah dinasti pertama yang diceritakan dalam catatan sejarah seperti Catatan Sejarah Agung dan Sejarah Bambu.[1][14] Dinasti ini didirikan oleh Yu yang Agung. Sebagian besar arkeolog sekarang menghubungkan Dinasti Xia dengan hasil-hasil ekskavasi di Erlitou, provinsi Henan,[15] yang berupa temuan perunggu leburan dari sekitar tahun 2000 SM.

Beragam tanda-tanda yang terdapat pada tembikar dan kulit kerang yang ditemukan pada periode ini, diduga adalah bentuk pendahulu dari aksara Tionghoa modern.[16]

Menurut kronogi tradisional berdasarkan perhitungan Liu Xin, dinasti ini berkuasa antara 2205-1766 SM, sedangkan menurut Sejarah Bambu, pemerintahan dinasti ini adalah antara 1989-1558 SM.
Menurut Proyek Kronologi Xia Shang Zhou (PK XSZ) yang diselenggarakan oleh pemerintah Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1996, dinasti ini berkuasa antara 2070-1600 SM.[17][18]
----------------------------------------
3750-3045 tahun yang lalu
1750-1045 SM
----------------------------------------
3766-3122 tahun yang lalu
1766-1122 SM
------------------------------------------
perhitungan Liu Xin, dinasti ini berkuasa antara 1766-1122 SM, sedangkan menurut
------------------------------------------
3556-3046 tahun yang lalu
1556-1046 SM.
---------------------------------------
Sejarah Bambu adalah antara 1556-1046 SM.
---------------------------------------------
3600-3046 tahun yang lalu
1600-1046 SM.
---------------------------
Hasil dari Proyek Kronologi Xia Shang Zhou pada tahun 1996 menyimpulkan bahwa dinasti ini memerintah antara 1600-1046 SM.

----------------------------
2.2 Dinasti Shang (1600 SM-1046 SM)
------------------------------------------
Sejarah tertulis Tiongkok dimulai sejak Dinasti Shang (k. 1750-1045 SM).[1] Cangkang kura-kura dengan aksara Tionghoa kuno yang berasal dari Dinasti Shang memiliki penanggalan radiokarbon hingga 1500 SM.[2]

Dinasti Shang (1600 SM-1046 SM)
9 Ibukota
   kota Anyang, provinsi Henan : Ibu Kota Terakhir

31 orang raja,
   1.Raja Tang, Raja Pertama
   .....
   .....
   31. Raja Zhou, raja terakhir.


Dinasti Shang menurut sumber tradisional adalah dinasti pertama Tiongkok. Menurut kronologi berdasarkan perhitungan Liu Xin, dinasti ini berkuasa antara 1766-1122 SM, sedangkan menurut Sejarah Bambu adalah antara 1556-1046 SM. Hasil dari Proyek Kronologi Xia Shang Zhou pada tahun 1996 menyimpulkan bahwa dinasti ini memerintah antara 1600-1046 SM.

Informasi langsung tentang dinasti ini berasal dari inskripsi pada artefak perunggu dan tulang orakel,[19] serta dari Catatan Sejarah Agung (Shiji) karya Sima Qian.

Temuan arkeologi memberikan bukti keberadaan Dinasti Shang sekitar 1600-1046 SM, yang terbagi menjadi dua periode.
---------------------------------------------------
3600-3300 tahun yang lalu
1600-1300 SM
------------------------------
Dinasti Shang periode awal (k. 1600-1300 SM)
---------------------------------------
Bukti keberadaan Dinasti Shang periode awal (k. 1600-1300 SM) berasal dari penemuan-penemuan
di Erlitou, Zhengzhou dan Shangcheng.[19]
---------------------------------------
3300–3046 tahun yang lalu
1300–1046 SM
-----------------------------------
Dinasti Shang periode kedua (k. 1300–1046 SM)
--------------------------------------------
Sedangkan bukti keberadaan Dinasti Shang periode kedua (k. 1300–1046 SM) atau periode Yin (殷), berasal dari kumpulan besar tulisan pada tulang orakel. Para arkeolog mengkonfirmasikan bahwa kota Anyang di provinsi Henan adalah ibu kota terakhir Dinasti Shang,[19] dari sembilan ibu kota lainnya. Dinasti Shang diperintah 31 orang raja, sejak Raja Tang sampai dengan
Raja Zhou sebagai raja terakhir.

Masyarakat Tiongkok masa ini mempercayai banyak dewa, antara lain dewa-dewa cuaca dan langit, serta dewa tertinggi yang dinamakan Shang-Ti.[20] Mereka juga percaya bahwa nenek moyang mereka, termasuk orang tua dan kakek-nenek mereka, setelah meninggal akan menjadi seperti dewa pula dan layak disembah.[21] Sekitar tahun 1500 SM, orang Tiongkok mulai menggunakan tulang orakel untuk memprediksi masa depan.

Para ilmuwan Barat cenderung ragu-ragu untuk menghubungkan berbagai permukiman yang sezaman dengan permukiman Anyang sebagai bagian dari dinasti Shang.[22] Hipotesis terkuat ialah
telah terjadinya ko-eksistensi antara Anyang yang diperintah oleh Dinasti Shang, dengan permukiman-permukiman berbudaya lain di wilayah yang sekarang dikenal sebagai "Tiongkok sebenarnya" (China proper).
-----------------------------
3046 –2256 tahun yang lalu
1046 SM–256 SM
---------------------------------
2.3 Dinasti Zhou (1046 SM–256 SM)

Penguasa Zhou : Wu Wang
                mengalahkan Shang pada Pertempuran Muye

Ibu kota Zhou awal : wilayah barat, dekat kota Xi'an modern
                   : serangkaian ekpansi ke arah lembah Sungai Yangtze.

----------------------------------------------
3066-2221 tahun yang lalu
1066 SM -221 SM
-------------------------------------------
3046 -2256 tahun yang lalu
1046 SM -256 SM
------------------------------------------
Proyek Kronologi Xia Shang Zhou
berkuasa antara 1046-256 SM.
--------------------------
Budaya, sastra, dan filsafat Tiongkok berkembang pada zaman Dinasti Zhou (1066-221 SM) yang melanjutkan Dinasti Shang. Dinasti ini merupakan dinasti yang paling lama berkuasa dan pada zaman dinasti inilah aksara Tionghoa modern mulai berkembang.

Bejana ritual (You), dari zaman Dinasti Zhou Barat. Bejana pu berdesain naga, dari Zaman Musim Semi dan Gugur.

Dinasti Zhou adalah dinasti terlama berkuasa dalam sejarah Tiongkok yang menurut Proyek Kronologi Xia Shang Zhou berkuasa antara 1046-256 SM. Dinasti ini mulai tumbuh dari lembah Sungai Kuning, di sebelah barat Shang. Penguasa Zhou, Wu Wang, berhasil mengalahkan Shang pada Pertempuran Muye. Pada masa Dinasti Zhou mulailah dikenal konsep "Mandat Langit" sebagai legitimasi pergantian kekuasaan,[23] dan konsep ini seterusnya berpengaruh pada hampir setiap pergantian dinasti di Tiongkok. Ibu kota Zhou awalnya berada di wilayah barat, yaitu dekat kota Xi'an modern sekarang, namun kemudian terjadi serangkaian ekpansi ke arah lembah Sungai Yangtze. Dalam sejarah Tiongkok, ini menjadi awal dari migrasi-migrasi penduduk selanjutnya dari utara ke selatan.
------------------------------
2722 - 2476 tahun yang lalu
722 SM-476 SM : 246 tahun
------------------------------------------------------
2.4 Periode Musim Semi dan Musim Gugur (722 SM-476 SM)

Invasi dari barat laut, oleh Qin,
               Membuat Zhou untuk memindahkan ibu kota ke timur, ke Luoyang.
fase kedua Dinasti Zhou: Zhou Timur.
------------------------------------------------
TAIYIUAN has a history of more than 2,500 years dating from the Spring and Autumn period (770-476 B.C.), so it has been endowed with a profound cultural background.
------------------------------------------------------
Pada sekitar abad ke-8 SM, terjadi desentralisasi kekuasaan pada Periode Musim Semi dan Musim Gugur, yang diberi nama berdasarkan karya sastra Chun Qiu (Musim Semi dan Gugur). Pada zaman ini, pimpinan militer lokal yang digunakan Zhou mulai menunjukkan kekuasaannya dan berlomba-lomba memperoleh hegemoni.

Invasi dari barat laut, misalnya oleh Qin, memaksa Zhou untuk memindahkan ibu kotanya ke timur,
yaitu ke Luoyang. Ini menandai fase kedua Dinasti Zhou: Zhou Timur. Ratusan negara bermunculan, beberapa di antaranya hanya seluas satu desa, dengan penguasa setempat memegang kekuasaan politik penuh dan kadang menggunakan gelar kehormatan bagi dirinya. Seratus Aliran Pemikiran dari filsafat Tiongkok berkembang pada zaman ini, berikut juga beberapa gerakan intelektual berpengaruh seperti Konfusianisme, Taoisme, Legalisme, dan Mohisme.[24]
------------------------------------------------
2476 -2221 tahun yang lalu
476 SM-221 SM
---------------------------------------------
2.5 Periode Negara Perang (476 SM-221 SM)
--------------------------------------------------------
Dinasti Zhou terpecah menjadi beberapa negara kota, yang menciptakan Periode Negara Perang.
-------------------------------------------------
7 negara bertahan

Raja dinasti Zhuo hanya lambang Negara Qin menyatukan 7 negara (seluruh Tiongkok ditaklukkan) 221 SM

Setelah berbagai konsolidasi politik, tujuh negara terkemuka bertahan pada akhir abad ke-5 SM. Meskipun saat itu masih terdapat raja dari Dinasti Zhou sampai 256 SM, namun ia hanya seorang pemimpin nominal yang tidak memiliki kekuasaan yang nyata. Pada masa itu, daerah tetangga dari negara-negara yang berperang juga ditaklukkan dan menjadi wilayah baru, antara lain Sichuan dan Liaoning; yang kemudian diatur di bawah sistem administrasi lokal baru berupa commandery dan prefektur (郡县/郡县). Negara Qin berhasil menyatukan ketujuh negara yang ada, serta melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah Zhejiang, Fujian, Guangdong, dan Guangxi pada 214 SM.

Periode saat negara-negara saling berperang hingga penyatuan seluruh Tiongkok oleh Dinasti Qin pada tahun 221 SM, dikenal dengan nama "Periode Negara Perang", yaitu penamaan yang diambil dari nama karya sejarah Zhan Guo Ce (Strategi Negara Berperang).
-------------------------------------
2221 – 2206 tahun yang lalu
221 SM–206 SM : 15 tahun
----------------------------------PEMBANGUNAN AWAL TEMBOK BESAR (221 SM- 1368)



3 Zaman kekaisaran
 --------------------
3.1 Dinasti Qin (221 SM–206 SM)
---------------------------------------------
Pada tahun 221 SM, Qin Shi Huang menyatukan berbagai kerajaan ini dan mendirikan kekaisaran pertama Tiongkok.
------------------------
Qin Shi Huang Membangun tembok besar Dan Diselesaikan oleh Dinasti Ming
------------------
Dinasti Qin berhasil menyatukan Tiongkok yang terpecah menjadi beberapa kerajaan pada Periode Negara Perang melalui serangkaian penaklukan terhadap kerajaan-kerajaan lain, dengan penaklukan terakhir adalah terhadap kerajaan Qi pada sekitar tahun 221 SM.[25] Qin Shi Huang dinobatkan menjadi kaisar pertama Tiongkok bersatu pada tahun tersebut. Dinasti ini terkenal mengawali pembangunan Tembok Besar Tiongkok yang belakangan diselesaikan oleh Dinasti Ming serta peninggalan Terakota di makam Qin Shi Huang.

Lihat : Drama Televisi (2020) Qin Dynasty Epic 

Beberapa kontribusi besar Dinasti Qin, antara termasuk terbentuknya konsep pemerintahan terpusat, penyatuan undang-undang hukum, diterapkannya bahasa tertulis, satuan pengukuran, dan mata uang bersama seluruh Tiongkok, setelah berlalunya masa-masa kesengsaraan pada Zaman Musim Semi dan Gugur. Bahkan hal-hal yang mendasar seperti panjangnya as roda untuk gerobak dagang, saat itu mengalami penyeragaman demi menjamin berkembangnya sistem perdagangan yang baik di seluruh kekaisaran.[26]
------------------------------------
2206 – (2000-220) tahun yang lalu
(206 SM–220) : 14 tahun
------------------------------
3.2 Dinasti Han (206 SM–220)
----------------------------------------
Pendiri : Liu Bang, petani
          meruntuhkan Dinasti Qin


Lentera minyak Dinasti Han, abad ke-2 SM. Dinasti Han didirikan oleh Liu Bang, seorang petani yang memimpin pemberontakan rakyat dan meruntuhkan dinasti sebelumnya, Dinasti Qin, pada tahun 206 SM. Zaman kekuasaan Dinasti Han terbagi menjadi dua periode yaitu Dinasti Han Barat (206 SM-9 M) dan Dinasti Han Timur (23-220 M) yang dipisahkan oleh periode pendek Dinasti Xin (9-23 M).
------------------------------------
2206 SM-(2000-9) tahun yang lalu
(206 SM-9 M) : 215 tahun
---------------------------------------
Dinasti Han Barat (206 SM-9 M)
--------------------------------------
(9-23 M) Dinasti Xin
----------------------
 
(23-220 M) Dinasti Han Timur
-------------------

 

Dinasti Han Timur (23-220 M) yang dipisahkan oleh periode pendek Dinasti Xin (9-23 M).

1. Kaisar Wu (Han Wudi) berhasil mengeratkan persatuan dan memperluas kekaisaran Tiongkok dengan mendesak bangsa Xiongnu (sering disamakan dengan bangsa Hun) ke arah stepa-stepa Mongolia. Dalam, dengan demikian merebut wilayah-wilayah Gansu, Ningxia, dan Qinghai.

Hal tersebut menyebabkan terbukanya untuk pertama kali perdagangan antara Tiongkok dan Eropa, melalui Jalur Sutra.

2. Jenderal Ban Chao dari Dinasti Han bahkan memperluas penaklukannya melintasi pegunungan Pamir sampi ke Laut Kaspia.[27]

Kedutaan pertama dari Kekaisaran Romawi tercatat pada sumber-sumber Tiongkok pertama kali dibuka (melalui jalur laut) pada tahun 166, dan yang kedua pada tahun 284.

----------------------------
(220–280) : 60 tahun
-----------------
3.3 Zaman Tiga Negara (220–280) : SAMKOK

Samkok artinya 3 negara. Pada jaman Samkok atau 3 negera ini wilayah Tiongkok diperintah oleh 3 Kekaisaran atau Negara
 
220 : Kaisar Xiandi dipaksa menyerahkan tahta Kaisar Pada Cao Pi 

1. Negara Cao Wei (5 Kaisar) : 45 tahun berdiri
    Ibu Kota Louyang 
    Berdiri : 220, Raja Pertama Cao Pi, Putra dari Cao Cao  
    Runtuh : 265, Raja Terakhir Cao Huan
   
    216 : Cao Cao Mengangkat dirinya sebagai Raja Wei, 
             dengan gelar Wendi
    220 : Cao Cao Meninggal 
    220 : Putra Cao Cao, Cao Pi mendirikan negara Cao Wei 
 
Tahun 265 Berdiri Negara Jin setelah Sima Yan merebut kekuasaan dari  keluarga Cao. Sima Yan mengangkat diri sebagai Kaisar Wudi (Dinasti Jin Barat) sampai dengan tahun 420 Negara Jin berkuasa.
 
2. Negara Shu Han (2 Kaisar) : 42 tahun berdiri
    Ibu Kota Chengdu 

    Berdiri : 221, Raja Pertama Liu Bei, dengan gelar Zhaoliendi

    Runtuh : 263, Raja Terakhir Liu Chan

    219 : Liu Bei mengangkat dirinya sebagai Raja Hanzhong

3. Negara Dong Wu (4 Kaisar) : 58 tahun berdiri
    Ibu Kota Jianye  
    Berdiri : 222, Raja Pertama Sun Quan  
    Runtuh : 280, Raja Terakhir Sun Hao

Tahun 280 Negara Wu ditaklukkan oleh Negara Jin (Dinasti Jin Barat) sampai dengan tahun 420 Negara Jin berkuasa.


184 : Pemberontakan Serban Kuning
Wei didirikan 220
Wu ditaklukkan oleh Dinasti Jin

Zaman Tiga Negara (Wei, Wu, dan Shu) adalah suatu periode perpecahan Tiongkok yang berlangsung setelah hilangnya kekuasaan de facto Dinasti Han. Secara umum periode ini dianggap berlangsung sejak pendirian Wei (220) hingga penaklukan Wu oleh Dinasti Jin (280), walau banyak sejarawan Tiongkok yang menganggap bahwa periode ini berlangsung sejak Pemberontakan Serban Kuning (184). Zaman ini adalah salah satu era yang paling terkenal dalam sejarah Tiongkok, disebabkan karena popularitas roman sejarah Kisah Tiga Negara (Samkok) yang telah diadaptasi  dalam berbagai format oleh berbagai negara.

-----------------------
216 : Cao Cao Mengangkat dirinya sebagai Raja Wei
220 : Cao Cao Meninggal 
220 : Putra Cao Cao, Cao Pi mendirikan negara Cao Wei  dan menjadi Kaisar Wei yang pertama
-------------------
-----------------------
(280-420) : 140 Tahun
------------------
3.4 Dinasti Jin dan Enam Belas Negara (280-420)
----------------------------
(265-420)
------------------------
Dinasti Jin (265-420) dan Zaman Enam Belas Negara
280 M : Tiongkok berhasil dipersatukan untuk sementara waktu pada tahun 280 oleh Dinasti Jin.
------------------
(304 - 469)
--------------
Wu Hu

Meskipun demikian, kelompok etnis di luar suku Han (Wu Hu) masih menguasai sebagian besar wilayah pada awal abad ke-4 dan menyebabkan migrasi besar-besaran suku Han ke selatan Sungai Yangtze. Bagian utara Tiongkok terpecah menjadi negara-negara kecil yang membentuk suatu era turbulen yang dikenal dengan Zaman Enam Belas Negara (304 - 469).
----------------------
420 M : Dinasti Jin Timur Runtuh

--------------
3.5 Dinasti Utara dan Selatan (420–589)
-----------------------------
570 M : Penemuan Patung Bodhisattva peninggalan Dinasti Qi Utara
Patung Bodhisattva dari batu kapur, Dinasti Qi Utara, 570 Masehi, Provinsi Henan. Menyusul keruntuhan Dinasti Jin Timur pada tahun 420, Tiongkok memasuki era Dinasti Utara dan Selatan. Zaman ini merupakan masa perang saudara dan perpecahan politik, walaupun juga merupakan masa berkembangnya seni dan budaya, kemajuan teknologi, serta penyebaran Agama Buddha dan Taoisme.
-------------------


The Princess Of Lanling King 
Film Serial Televisi The Princess Of Lanling King (2015), mencoba memvisualisasikan masa Dinasti Utara (Qi) dan Dinasti Selatan (Zhou) dalam sebuah serial Televisi yang sangat menarik. 


573 M : Ghao Changgong dibunuh oleh Gao Wei (Raja Qi Utara)
578 M : Yuwen Yong (Zhou Selatan) menaklukkan Qi Utara lalu bertarung dengan Tu Jue dan meninggal karena sakit

Sejarah Terkait Film The Princess Of Lanling King 
Gao Wei (557 - 577)
Gao Wei (557–577) dalam sejarah dikenal dengan nama Houzhu dari Qi Utara, nama kehormatannya adalah Rengang,  kadang-kadang disebut sebagai Pangeran Wen, kaisar Qi Utara. Selama masa pemerintahannya, Kekaisaran Qi Utara terjerumus ke dalam korupsi dan pemborosan yang parah. Gao Wei membunuh jenderal besar Hulü Guang pada tahun 572. Jenderal besar ini yang dalam serial TV The Princess Of Lanling King disebut Ghao Changgong atau bergelar Lanling King. yang dibunuh dengan arak beracun di dalam penjara.
 
Kaisar saingan Wu dari Zhou Utara melancarkan serangan besar pada tahun 576, dan kekaisaran Qi Utara pun runtuh. Gao Wei, secara resmi menyerahkan tahta kepada putranya Gao Heng. Gao Heng ditangkap saat mencoba melarikan diri ke Dinasti Chen, dan kemudian pada tahun itu, kaisar Zhou Utara mengeksekusi semua anggota klan kerajaan.

Gao Wei adalah putra Gao Zhan, Pangeran Changguang. Kaisar yang ada saat itu adalah Kaisar Wenxuan, kakak laki-laki Gao Zhan. Ibu Gao Wei adalah istri Gao Zhan, Putri Hu, dan dia adalah putra pertama Putri Hu. Gao Zhan memiliki putra pertama dari selir, Lady Li, yang melahirkan Gao Chuo, beberapa jam sebelumnya pada hari yang sama dengan dengan Gao Wei. Namun, karena Putri Hu adalah istri utama, Gao Zhan secara terbuka mengumumkan bahwa Gao Wei lahir lebih dulu dan memperlakukannya sebagai anak sulung. Setelah itu, dia ditunjuk sebagai pewaris Gao Zhan.

Pada tahun 561, kakak laki-laki Gao Zhan lainnya, Kaisar Xiaozhao, meninggal, meninggalkan instruksi agar tahta diteruskan ke Gao Zhan. Gao Zhan naik takhta (sebagai Kaisar Wucheng). Pada tahun 562, ia mengangkat istrinya Putri Hu permaisuri dan mengangkat putra mahkota Gao Wei. Gao Wei putra mahkota, ia menikahi putri jenderal utama Hulü Guang sebagai istri dan putri mahkota.

Pada tahun 565, Kaisar Wucheng Gao Zhan mundur dan menyerahkan tahta pada putranya Gao Wei 
Konon penyerahan tahta ini dikaitkan dengan ramalan yang dibuat berdasarkan posisi bintang dan tanda-tanda astrologi yang ditafsirkan bahwa posisi kekaisaran harus diubah. He Shikai dan Zu Ting, pejabat pendukung Gao Zhan juga mendukung perubahan kekaisaran tersebut. Kedua pejabat ini sekaligus berupaya mengambil hati Permaisuri Hu dan Gao Wei. Mereka memberikan ide agar Kaisar Wucheng Gao Zhan menghindari nasib buruk dengan menyerahkan tahta ke putranya Gao Wei. Kaisar Wucheng setuju, dan Gao Wei, pada usia delapan tahun, menjadi kaisar. Akan tetapi Kaisar Wucheng, yang menyandang gelar Taishang Huang (pensiunan kaisar), tetap memegang kekuasaan yang sebenarnya. Kaisar Wucheng mengangkat istri Gao Wei, Putri Mahkota, sebagai permaisuri Hulü. Salah satu alasan utama dari konflik yang terjadi dalam tahta ini adalah adanya perselingkuhan Pejabat istana He Shikai dengan Permaisuri Hu. 

Pada musim semi tahun 567, Gao Wei merayakan ritus peralihannya tahta kepada dirinya.
Akan tetapi Gao Wei adalah raja dengan kepribadian lemah. Gao Yan adik Gao We lebih disukai oleh ayah ibunya karena memiliki kepribadian yang lebih kuat. Gao Yan atau Pangeran Dongping, diposisikan dengan banyak jabatan tinggi dan dipastikan mendapat pelayanan yangsama dengan dengan Kaisar Gao Wei. Kaisar Wucheng ayah nya dan Pensiunan Permaisuri Hu ibunya konon mempertimbangkan menggulingkan Gao Wei dan mengangkat Gao Yan menjadi kaisar, akan tetapi hal itu tidak benar-benar dilakukan.

Sekitar tahun 569, Kaisar Wucheng menderita penyakit parah dan meninggal mendadak, setelah mempercayakan hal-hal penting kepada He Shikai. He Shikai, pada awalnya tidak mengumumkan kematian Kaisar Wucheng, setelah beberapa hari berlalu akhirnya dia mengumumkan kematian Kaisar Wucheng. Permaisuri Hu sekarang menyandang gelar janda permaisuri (Empress Dowager).

Kematian Kaisar Wucheng membuat kekacauan administrasi kerajaan, di tengah perselingkuhan Permaisuri dengan He Shikai. Delapan pejabat tinggi mengambil alih pengelolaan administrasi kerajaan adalah He Shikai, Lou Dingyuan, Zhao Yanshen, Gao Wenyao, Tang Yong, Qilian Meng, Gao Anagong, dan Hu Changcan, sepupu Janda Permaisuri Hu. Pada musim semi tahun 569, sepupu Kaisar Wucheng, Gao Rui (sepupu Kaisar Wucheng), Gao Run (Pangeran dan Komandan Zhao, saudara lelaki Kaisar Wucheng), Gao Yanzong (Pangeran Fengyi, keponakan Kaisar Wucheng), Lou (Pangeran Ande), dan Gao Wenyao, merekomendasikan agar He Shikai, diangkat menjadi gubernur provinsi. 

Gao Rui, menjadi yang paling kuat mendesak hal ini. He Shikai sendiri berpura-pura setuju untuk dikirim ke provinsi (bersama dengan Gao Wenyao). Hal ini diumumkan setelah pemakaman Kaisar Wucheng, He Shikai diangkat menjadi gubernur Provinsi Yan,  sementara Gao Wenyao akan diangkat. gubernur Provinsi Yan Barat (Anyang modern, Henan). Setelah pemakaman Kaisar Wucheng, Gao Rui menekan He Shikai untuk meninggalkan Yecheng secepat mungkin, meskipun Janda Permaisuri Hu ingin mempertahankan He Shikai selama 100 hari setelah pemakaman Kaisar Wucheng. 

He Shikai menyuap Lou dan diizinkan untuk bertemu Janda Permaisuri Hu dan Gao Wei sekali lagi—dan dia meyakinkan Raja dan Janda Permaisuri bahwa  Gao Rui dan para pejabat lain, bermaksud menyakiti mereka dan bahwa mereka hanya bisa mempercayainya. 

Gao Wei kemudian mengeluarkan dekrit yang menegur Gao Rui. Gao Rui tetap memasuki istana untuk menjelaskan kepada Janda Permaisuri Hu dan Gao Wei untuk menyingkirkan He Shikai. Akan tetapi Gao Rui malah ditangkan dan memerintahkan komandan penjaga Liu Taozhi mencekik Gao Rui. Setelah insiden itu, kekuatan He Shikai tidak terkendali. Rekan-rekan favorit Gao Wei lainnya termasuk pengasuh Gao Wei, Lu Lingxuan dan putranya Mu Tipo, serta Zu Ting.

Pada musim panas 570, Selir Gao Wei Selir Mu Sheli melahirkan putra pertamanya, Gao Heng, dan Gao Wei menyatakan pengampunan umum. Lady Lu, yang juga ibu angkat Permaisuri Mu, menginginkan Gao Heng menjadi putra mahkota dan kaisar, tetapi takut Permaisuri Hulü akan menentang rencana tersebut, jadi dia memberikan Gao Heng kepada Permaisuri Hulü untuk dibesarkannya. Di musim dingin 570, Gao Wei menciptakan putra mahkota Gao Heng.

Selama sebagian besar pemerintahan Kaisar Wucheng dan Gao Wei hingga saat ini, saingannya Zhou Utara secara bertahap merambah wilayah Qi Utara, membuat keuntungan kecil di perbatasan. Pada musim dingin 570, Hulü Guang melancarkan serangan balik dan merebut sejumlah besar wilayah di utara Sungai Fen (汾水, mengalir melalui Linfen modern, Shanxi). Dia kemudian juga mengalahkan pasukan Zhou Utara di Yiyang (宜陽, di Luoyang modern, Henan). Dalam perjalanan kembali ke ibu kota Yecheng (鄴城, dalam bahasa modern Handan, Hebei), Gao Wei memerintahkan pasukannya didemobilisasi meskipun banyak dari prajurit tersebut belum menerima hadiah. Namun, ia menerima perintah untuk mendemobilisasi pasukannya. Hulü Guang mengajukan petisi rahasia kepada Gao Wei, meminta kaisar untuk mengirim utusan kekaisaran kepada tentara untuk menghormati para prajurit. Namun, Gao Wei tidak segera bertindak, dan tentara mendekati Yecheng tanpa menerima sepatah kata pun dari kaisar. Gao Wei tidak senang karena Hulü Guang membawa tentara mendekati ibu kota, dan dia memanggil Hulü ke istana sebelum mengirim utusan untuk menghormati para prajurit dan mendemobilisasi mereka.

Kemudian pada tahun 571, saudara laki-laki Gao Wei, Gao Yan, sekarang Pangeran Langye, marah karena He Shikai berkuasa, membunuhnya, dan selanjutnya memobilisasi pasukannya untuk mempertimbangkan merebut kekuasaan dan membunuh Lady Lu dan putranya Mu Tipo, yang juga telah menjadi kuat. Hulü, ketika dia menyetujui pembunuhan He Shikai oleh Gao Yan, masih setia kepada kaisar, dan dia campur tangan di pihak kaisar, memerintahkan pasukan Gao Yan untuk membubarkan diri, dan mereka runtuh. Hulü menangkap Gao Yan dan membawanya ke istana. Atas desakan Hulü, Gao Wei pada awalnya menyelamatkan Gao Yan, meskipun pada musim dingin tahun 571 ia tetap membuat Liu Taozhi mencekik Gao Yan, dan empat putra anumerta Gao Yan juga terbunuh. Juga di musim dingin 571, setelah mengetahui bahwa Janda Permaisuri Hu telah berselingkuh dengan biksu Buddha Tanxian (曇獻), ia mengeksekusi Tanxian dan menempatkan Janda Permaisuri Hu dalam tahanan rumah, melarang para bangsawan mengunjunginya. Namun, pada musim semi tahun 572, untuk menenangkannya, dia secara anumerta menghormati Gao Yan dengan gelar yang tidak biasa "Kaisar Gong'ai dari Chu" dan menghormati istri Gao Yan, Putri Li, "Permaisuri Chu". Zu dan Nyonya Lu mencoba agar Nyonya Lu menjadikan Janda Permaisuri untuk menggantikan Janda Permaisuri Hu, tetapi Gao Wei tidak melakukannya. Janda Permaisuri Hu, untuk menyenangkan putranya, memanggil putri saudara laki-lakinya Hu Changren (胡長仁) ke istana dan mendandaninya dengan pakaian terbaik. Gao Wei melihatnya dan tergila-gila padanya, dan dia mengambilnya sebagai selir.

Pada tahun 572, Permaisuri Hulü melahirkan seorang putri, dan Gao Wei, yang ingin menyenangkan Hulü Guang, awalnya mengklaim bahwa ia melahirkan seorang putra, tetapi akhirnya harus mengakui bahwa anak tersebut adalah seorang putri. Pada titik ini, Hulü Guang berada dalam konflik serius dengan pejabat kuat Zu dan Mu. Dia tidak menyukai Zu, dan dia sering mengeluh kepada jenderalnya bahwa Zu jarang berkonsultasi dengan jenderal militer. Suatu ketika, ketika dia sedang beristirahat di sebuah gedung pemerintahan, Zu, yang telah dibutakan selama masa pemenjaraan selama masa pemerintahan Kaisar Wucheng, melewatinya tanpa menyadari bahwa Hulü ada di sana, dan tidak pernah turun dari kuda seperti yang diminta oleh kebiasaan pada waktu itu. Hulü dengan marah menyatakan, "Dia pikir dia siapa?" Zu, menyadari bahwa Hulü tidak menyukainya, menyogok pelayan Hulü dan menanyakan pendapat Hulü tentang dia. Pelayan itu berkata, "Sejak Anda berkuasa, Menteri Pangeran [referensi untuk Hulü, karena Hulü menyandang gelar Pangeran Xianyang] setiap malam menghela nafas dan menyatakan, "Dengan orang buta yang berkuasa, kekaisaran pasti akan dihancurkan." Sementara itu, Mu pernah meminta untuk menikahi putri Hulü dengan seorang selir, tetapi Hulü menolak. Selanjutnya, ketika Mu meminta agar Gao Wei memberinya ladang umum di Jinyang, Hulü secara terbuka menentang tindakan tersebut karena merugikan penggembalaan ternak. kuda tentara. Oleh karena itu, Zu dan Mu sama-sama mengabaikan Hulü. Oleh karena itu, kaisar memupuk kecurigaan terhadap Hulü, dan kecurigaan itu diperburuk oleh fakta bahwa Permaisuri Hulü tidak disukai oleh Gao Wei.

Pada saat yang sama, Jenderal Zhou Utara Wei Xiaokuan, yang ingin mencoba memanfaatkan kecurigaan Gao Wei, memutuskan untuk mencoba menciptakan perasaan bahwa Hulü akan memberontak. Dia menulis dua lagu dalam bait, salah satunya berbunyi:

Seratus sheng [(升, unit pengukuran -- dan 100 sheng terdiri dari satu hu (斛))] akan terbang ke langit,
Bulan yang cerah [(明月, mingyue, nama kehormatan Hulü)] akan bersinar di atas Chang'an [ibukota Zhou Utara].
Yang lain membaca:

Gunung [(高, gao)] yang tinggi akan runtuh dengan sendirinya,
Pohon ek daimyo [(槲, hu)] akan berdiri tegak dengan sendirinya.
Dia mengirim mata-mata untuk menyebarkan lagu-lagu di dekat Yecheng, dan lagu-lagu itu segera menjadi populer. Zu, yang memanfaatkan situasi itu sendiri, menambahkan dua baris lagi:

Orang buta akan membawa kapak besar,
Wanita yang banyak bicara tidak akan bisa berbicara.
Baik Zu dan Nona Lu kemudian melaporkan lagu tersebut kepada Gao Wei untuk lebih meningkatkan kecurigaannya terhadap Hulü. Gao Wei berkonsultasi dengan favorit lainnya, Han Zhangluan, yang percaya bahwa dia seharusnya tidak mencurigai Hulü, jadi Gao Wei awalnya tidak mengambil tindakan. Zu, bagaimanapun, tidak akan mengalah, dan dia menyuruh bawahan Hulü, Feng Shirang (封士讓) membuat penyerahan rahasia yang menunjukkan bahwa ketika Hulü telah membawa tentara dekat ke Yecheng pada tahun 571, dia sedang merencanakan kudeta. Gao Wei mempercayainya kali ini, dan di bawah saran Zu, dia menghadiahkan Hulü seekor kuda, dan kemudian, ketika Hulü tiba di istana untuk berterima kasih kepada kaisar, dia menyuruh Liu Taozhi merebut Hulü dan mencekiknya sampai mati. Klan Hulü hampir semuanya dibantai—termasuk saudara laki-lakinya dan sesama jenderal Hulü Xian (斛律羨) dan putranya Hulü Wudu (斛律武都), Hulü Shixiong (斛律世雄), dan Hulü Hengqie (斛律恆伽) . Hanya cucunya Hulü Zhong (斛律鍾), yang baru berusia beberapa tahun, yang selamat. Permaisuri Hulü digulingkan dan dikurung di istana tambahan.

Setelah Permaisuri Hulü digulingkan, Nyonya Lu ingin Selir Mu menjadi permaisuri, tetapi Janda Permaisuri Hu ingin keponakannya Permaisuri Hu menjadi permaisuri. Namun, dia tidak percaya bahwa dia memiliki kekuatan persuasif yang cukup, jadi dia harus menyanjung Nona Lu dan memberikan hadiahnya. Nyonya Lu juga melihat bahwa Gao Wei menyukai Permaisuri Hu, dan dengan demikian setuju untuk bersama-sama menyarankan, dengan Zu Ting, agar Selir Hu diangkat menjadi permaisuri, dan Gao Wei melakukannya. Dia sangat menyukai Permaisuri Hu sehingga dia membuat pakaian untuknya dari mutiara, meskipun pakaian itu kemudian dihancurkan dalam api. Namun, Nona Lu tidak mengalah dalam harapannya untuk menjadikan Selir Mu sebagai permaisuri, dengan menyatakan kepada Gao Wei, "Bagaimana seorang putra dapat menjadi putra mahkota dan seorang ibu menjadi seorang gadis pelayan, seorang selir?" Tapi karena Gao Wei menyukai Permaisuri Hu, dia tidak bisa memenuhi keinginannya. Oleh karena itu, dia melibatkan para penyihir untuk menggunakan ilmu sihir pada Permaisuri Hu. Dikatakan bahwa dalam sebulan, Permaisuri Hu mulai menunjukkan gejala psikosis, sering bergumam sendiri atau tertawa tanpa sebab. Gao Wei mulai takut dan tidak menyukainya. Di musim dingin tahun 572, Nona Lu menempatkan Selir Mu dalam pakaian permaisuri dan menempatkannya di dalam tenda, dikelilingi dengan perhiasan yang luar biasa, dan kemudian memberi tahu Gao Wei, "Biarkan saya menunjukkan seorang wanita suci." Ketika Gao Wei melihat bahwa itu adalah Selir Mu, Nyonya Lu berkata, "Untuk seorang wanita cantik yang bukan permaisuri, siapa yang memenuhi syarat untuk menjadi permaisuri?" Gao Wei setuju dengannya, dan dia menciptakan Permaisuri Mu "Permaisuri Kanan" dan memberikan gelar kepada Permaisuri Hu sebagai "Permaisuri Kiri. Sekitar tahun baru 573, Nona Lu selanjutnya secara salah memberi tahu Janda Permaisuri Hu bahwa Permaisuri Hu telah merendahkan karakter moral Janda Permaisuri Hu— dan Janda Permaisuri Hu, dalam kemarahan, tanpa memverifikasi informasi, memerintahkan Permaisuri Hu diusir dari istana, dan kemudian meminta Gao Wei menggulingkannya.Setelah itu, dikatakan bahwa Nona Lu dan Mu Tipo begitu kuat dan korup sehingga mereka terang-terangan menerima suap dan menjual kantor kekaisaran, dan semua yang mereka inginkan dilakukan. Pada musim semi 573, Mu Tipo, Gao Anagong, dan Han Zhanglauan disebut sebagai "Tiga Bangsawan", dan mereka mengendalikan pemerintah. Masalah korupsi menjadi parah, dan dengan Gao Wei sendiri yang hidup dalam kemewahan dan kesia-siaan, terus-menerus membangun istana dan meruntuhkannya serta membangunnya kembali, perbendaharaan kekaisaran Qi Utara berada dalam kondisi kelelahan.

Pada musim semi tahun 573, Gao Wei menciptakan permaisuri tunggal Permaisuri Kanan Mu.

Juga pada musim semi tahun 573, Zu Ting, mengetahui bahwa Gao Wei menyukai sastra, dengan persetujuan Gao Wei, mendirikan Wenlin Hall (文林館), yang dipimpin oleh pejabat Li Delin dan Yan Zhitui (顏之推). Mereka mempertahankan sekelompok pria berkemampuan literasi dan menulis salah satu kompendium besar pada zaman itu, Xiuwendian Yulan (修文殿御覽).

Pada musim panas tahun 573, saingan Kaisar Xuan dari Chen melancarkan serangan besar-besaran ke seberang Sungai Yangtze, dipimpin oleh Jenderal Wu Mingche. Gao Wei menentang saran pejabat Wang Hong (王紘), yang menganjurkan perlawanan pasif sambil mengurangi beban pajak untuk memperkuat tekad rakyat, dan Zhao Yanshen, yang menganjurkan penugasan jenderal Dinasti Liang Wang Lin, yang telah lama ingin membangun kembali Liang atas biaya Chen, dengan pasukan. Sebaliknya, Gao Wei mengirim bala bantuan ke provinsi yang diserang—tetapi hanya dalam jumlah kecil, tidak cukup untuk melawan pasukan Chen—dengan kekuatan utama yang dikomandoi oleh Wei Pohu (尉破胡) dan Zhangsun Honglüe (長孫洪略) dikalahkan oleh pasukan Wu. Wang, yang menemani Wei sebagai konsultan, kemudian diperintahkan untuk pergi ke Shouyang (壽陽, dalam bahasa modern Lu'an, Anhui) untuk mempertahankan kota itu dari serangan—tetapi dengan pembatasan yang ketat pada otoritasnya. Segera, Shouyang jatuh, dan Wang ditangkap dan dieksekusi oleh Wu. Semua wilayah Qi Utara antara Yangtze dan Sungai Huai jatuh ke dalam kendali Chen. Meskipun kalah, Mu Tipo dan Han menganjurkan gaya hidup epikurean lanjutan di Gao Wei dan bagian mereka sendiri, dengan Mu terkenal menyatakan, "Bahkan jika kita kehilangan semua wilayah selatan Sungai Kuning, kita masih bisa seperti Qiuzi (龜茲, sebuah negara kota di Xinjiang modern). Tetapi yang lebih menyedihkan adalah bahwa kehidupan manusia seperti waktu yang dipinjam, dan kita harus menggunakan semua waktu yang singkat ini untuk mencari kesenangan. Mengapa khawatir tentang Shouyang?" Gao Wei setuju, dan terus menghabiskan hari-harinya dengan berpesta.

Selama serangan Chen, Zu, yang terlibat dalam konflik dengan Lady Lu, Mu Tipo, dan Han, dikeluarkan dari pemerintah pusat karena usahanya untuk memaksakan rezim reformasi untuk merampingkan pemerintah dan mengurangi biaya. Dia tidak akan kembali, dan setelah kepergiannya, pemerintah menjadi lebih tidak efisien dari sebelumnya. Selanjutnya, juga selama kampanye, Gao Wei menjadi curiga terhadap sepupunya Gao Changgong (高長恭) Pangeran Lanling, seorang jenderal yang cakap, dan meracuni Gao Changgong sampai mati.

Juga selama serangan Chen, pembantaian besar-besaran yang salah dilakukan atas perintah Gao Wei. Gao Wei berniat mengunjungi ibu kota sekunder Jinyang (晉陽, di Taiyuan modern, Shanxi), yang ia dan para pendahulunya lakukan secara teratur. Pejabat senior Cui Jishu (崔季舒) dan Zhang Diao (張雕) -- yang sebelumnya adalah guru Gao Wei dan dihormati olehnya -- percaya bahwa perginya Gao Wei ke Jinyang akan disalahartikan oleh masyarakat sebagai penerbangan ke Jinyang, dan akan menyebabkan kepanikan masyarakat, sehingga mereka, dengan sejumlah pejabat lainnya—termasuk Feng Xiaoyan (封孝琰), Liu Ti (劉逖), Pei Ze (裴澤), dan Guo Zun (郭遵) -- menyerahkan petisi bersama yang meminta Gao Wei untuk tinggal di Yecheng. Han menyarankan bahwa pejabat ini sebenarnya berniat untuk memberontak, dan Gao Wei setuju, mengeksekusi Cui, Zhang, Feng, Liu, Pei, dan Guo. Dia selanjutnya mengasingkan anggota klan mereka, menyita wanita mereka, dan mengebiri anak laki-laki mereka.

Pada musim semi 574, Gao Sihao (高思好) Pangeran Nan'an dan gubernur Provinsi Shuo (朔州, kira-kira modern Shuozhou, Shanxi), marah karena dia tidak dihormati oleh pelayan Gao Wei Zhuogu Guangbian (斫骨光弁), memberontak. Gao Wei mengirim Tang Yong untuk melawan Gao Sihao sementara secara pribadi memimpin pasukan berikutnya ke utara, tetapi sebelum dia bisa sampai di sana, Gao Sihao dikalahkan, dan dia bunuh diri dengan tenggelam.

Sementara itu, sekitar waktu ini, Gao Wei menjadi kurang tertarik pada Permaisuri Mu, malah menjadi lebih tergila-gila dengan gadis pelayan Permaisuri Mu Feng Xiaolian, menjadikannya permaisuri kekaisaran. Mereka pergi ke mana-mana bersama, dan mereka bersumpah untuk hidup dan mati bersama.

Sejarawan Sima Guang, dalam Zizhi Tongjian-nya, mengatakan ini tentang Gao Wei dan pemerintahannya:

Penguasa Qi bukanlah pembicara yang baik dan tidak dapat berbicara dengan jelas, sehingga dia tidak suka bertemu dengan pejabat pemerintah. Dia tidak berbicara apa pun kepada siapa pun kecuali para pelawak dan pelayannya. Dia lemah dalam kepribadiannya dan takut orang-orang menatapnya. Bahkan pejabat atau kepala pemerintahan yang paling terhormat pun tidak diperbolehkan untuk melihatnya, dan oleh karena itu para pejabat hanya bisa membuat laporan ringkasan dan kemudian mundur dengan panik. Dia mewarisi kebiasaan hidup mewah dan boros Kaisar Wucheng dan berpikir bahwa ini pantas. Semua wanita dan kasim istana mengenakan sutra terbaik dan makan makanan lezat. Terkadang dibutuhkan 10.000 pi [匹, satuan ukuran untuk tekstil] untuk membuat satu rok untuk mereka. Masing-masing dari mereka bersaing satu sama lain untuk hal-hal terbaru dan terindah, dan pakaian yang dibuat di pagi hari mungkin dianggap kuno dan ketinggalan zaman pada malam yang sama. Dia menghabiskan banyak upaya untuk membangun istana dan taman dengan kemegahan terbesar, tetapi kasih sayangnya untuk mereka tidak bisa bertahan lama, jadi semua bangunan dirobohkan dan dibangun kembali dan diruntuhkan lagi. Kegiatan konstruksi ini berlangsung sepanjang waktu tanpa henti, dengan obor besar yang digunakan untuk penerangan di malam hari, dan air direbus untuk bercampur dengan kotoran di musim dingin. Untuk mengukir gambar Buddha di perbukitan barat Jinyang, lebih dari 10.000 obor digunakan untuk satu malam, cukup terang untuk menyinari Istana Jinyang seperti siang hari. Setiap kali ada bencana alam, pertanda buruk, atau pemberontakan agraria, dia tidak pernah menyalahkan dirinya sendiri, tetapi hanya akan mengadakan pesta vegetarian besar untuk mengobati biksu Buddha dan Tao, percaya bahwa ini akan membawa berkah ilahi sehingga kesulitan akan berlalu. Dia suka memainkan pipa dan bernyanyi, dan dia menulis sebuah lagu berjudul, Song of No Worries (無愁曲), dengan beberapa ratus pelayan bernyanyi bersamanya, membuat orang-orang menyebutnya sebagai "Putra Surga tanpa kekhawatiran. ." Dia mendirikan "Desa Anak Miskin" di dalam Taman Hualin (華林園), di mana dia akan mengenakan pakaian miskin dan mengemis di desa, percaya bahwa ini adalah kebahagiaan yang besar. Dia juga membangun model kota-kota perbatasan yang penting dan meminta tentara bertindak seperti tentara Zhou Utara untuk menyerang mereka, dan bersamanya melawan serangan dengan para kasim.
Pelayan favoritnya Lu Lingxuan, Mu Tipo, Gao Anagong, dan Han Zhangluan mengendalikan pemerintah. Kasim Deng Changyong (鄧長顒) dan Chen Dexin (陳德信), dan Xiongnu He Hongzhen (何洪珍) juga berpartisipasi dalam pengambilan keputusan penting. Masing-masing dari mereka membawa teman dan kerabat mereka ke dalam pemerintahan dan mempromosikan mereka di luar batas yang semestinya. Promosi pejabat semuanya tergantung pada jumlah suap yang mereka bayarkan; mereka yang memberikan suap dipromosikan dan mereka yang tidak diturunkan. Para hakim mengeluarkan vonis mereka tergantung pada suap juga, dengan yang kaya dibiarkan hidup dan yang miskin dihukum mati. Para pejabat bersaing dalam korupsi dan sanjungan mereka, yang merugikan rakyat. Para pelayan, seperti Liu Taozhi, dipromosikan ke kehormatan besar dan diangkat menjadi pangeran. Hampir 10.000 dari orang-orang seperti kasim, Xiongnu, penyanyi, penari, pesulap, dan budak, menerima penghargaan yang melebihi kepatutan. Ratusan non-anggota klan kekaisaran Gao menerima kreasi sebagai pangeran. Pangkat tinggi Kaifu (開府) mencakup lebih dari 1.000, dan pangkat Yitong (儀同) diisi tak terhitung banyaknya. Ada lebih dari 20 jenderal penjaga kekaisaran. Ada puluhan pelayan kekaisaran. Bahkan anjing, kuda, elang, dan ayam pemburu menerima jabatan resmi, dan diizinkan untuk menikmati bagian makanan dari gaji mereka. Para pelayan menghadiri kaisar setiap saat dan tidak memikirkan apa pun selain menyenangkan kaisar. Sebuah musik dapat biaya lebih dari 100 juta koin. Kemudian, setelah perbendaharaan kekaisaran habis, ia menggunakan komando dan kabupaten sebagai penghargaan, memberikan dua hingga tiga komando atau enam hingga tujuh kabupaten setiap kali, untuk memungkinkan para pelayan melelang pos gubernur dan hakim dan mengantongi hasilnya. Oleh karena itu, gubernur dan hakim daerah sebagian besar adalah pedagang kaya yang menemukan cara untuk mengekstraksi dan memeras dari rakyat, dan rakyat tidak dapat hidup.

Kaisar Wu dari Zhou Utara sudah lama ingin menghancurkan Qi Utara, dan dia melancarkan serangan besar pada musim gugur tahun 575. Beberapa jenderalnya menyarankan untuk menyerang Jinyang, tetapi dia malah menyerang Luoyang. Namun, ketika ia mengepung benteng Zhongtan (karakter kedua tidak dalam Unicode), benteng itu dipertahankan dengan baik oleh jenderal Qi Utara Fu Fu (傅伏), dan Kaisar Wu jatuh sakit selama pengepungan dan mundur. Namun, sementara itu, pasukan Chen, yang dikomandoi oleh Wu, memulai serangan baru, mengepung Pengcheng (彭城, modern Xuzhou, Jiangsu). (Namun, selama sisa keberadaan Qi Utara, Wu tidak akan dapat benar-benar menangkap Pengcheng.)

Pada musim dingin tahun 576, Kaisar Wu dari Zhou Utara kembali melancarkan serangan besar lainnya ke Qi Utara, mengepung Pingyang (平陽, Linfen modern, Shanxi) dan kemudian merebutnya. Pada saat berita penyerangan Zhou Utara di Pingyang tiba, Gao Wei sedang berburu di Danau Qilian (祁連池, di Xinzhou modern, Shanxi) dengan Permaisuri Feng, dan Gao Anagong, tidak percaya bahwa masalah ini serius, tidak melaporkan berita tersebut. ke Gao Wei. Baru setelah Pingyang jatuh, Gao Anagong memberi kabar kepada Gao Wei. Gao Wei mengumpulkan pasukannya dan menuju Pingyang, dan Kaisar Wu, yang percaya bahwa pasukan Gao Wei masih kuat, mundur tetapi menempatkan jenderal Liang Shiyan (梁士彥) yang bertugas mempertahankan Pingyang dari serangan balik Qi Utara. Pasukan Qi Utara mengepung Pingyang dengan segala upaya—dan setelah beberapa hari, mampu menembus tembok itu—tetapi pada titik ini, Gao Wei menghentikan serangannya dan memanggil Permaisuri Feng agar dia bisa menyaksikan kejatuhan kota. Namun, ketika dia tiba, pasukan Zhou Utara telah mengisi celah itu, dan karena itu menguasai kota. Dengan Pingyang dikepung, Kaisar Wu melancarkan serangan lain untuk mencoba mengangkat pengepungan di Pingyang. Gao Anagong menyarankan agar tidak berhadapan langsung dengan pasukan Kaisar Wu, tetapi Gao Wei, yang didorong oleh para kasim, memilih untuk melawan Kaisar Wu secara langsung, dan pasukan terlibat dalam pertempuran sekitar tahun 577. Sebuah kemunduran kecil oleh beberapa pasukan Gao Wei menyebabkan Permaisuri Feng dan Mu Tipo menjadi panik, dan mereka menyarankan untuk segera mundur—dan Gao Wei meninggalkan pasukannya dan melarikan diri ke Jinyang, menyebabkan pasukannya runtuh.

Sesampai di Jinyang, alih-alih bersiap untuk perlawanan, Gao Wei malah merencanakan agar sepupunya Gao Yanzong Pangeran Ande dan Gao Xiaoheng (高孝珩) Pangeran Guangning membela Jinyang, berencana untuk dirinya sendiri melarikan diri ke utara ke Provinsi Shuo, bertentangan dengan saran Gao Yanzong . Dia pertama kali mengirim Janda Permaisuri Hu dan Gao Heng ke Provinsi Shuo. Ketika pasukan Zhou Utara tiba di Jinyang, ia meninggalkan Jinyang di bawah komando Gao Yanzong dan melarikan diri, awalnya berniat untuk melarikan diri ke Provinsi Shuo atau Tujue, tetapi setelah dibujuk oleh jenderal Mei Shenglang (梅勝郎), kembali ke Yecheng, ditemani oleh Gao Anagong . Sementara itu, Mu Tipo meninggalkan Gao Wei dan menyerah kepada Zhou Utara. Ibunya Lady Lu bunuh diri, dan semua anggota keluarganya dieksekusi atau dihukum kerja paksa. Sementara itu, Tang Yong, masih di Jinyang, bersama dengan jenderal lainnya, membujuk Gao Yanzong untuk naik takhta sendiri—menyatakan kepadanya bahwa jika tidak, mereka tidak bisa mati untuknya. Ketika Gao Wei mendengar berita ini, dia berkomentar, "Saya lebih suka Provinsi Bing [provinsi yang berisi Jinyang] jatuh ke tangan Zhou daripada ke tangan Ande." Segera, pasukan Zhou Utara mengepung Jinyang, dan mereka mampu menembus pertahanan di gerbang timur—tetapi serangan balik oleh pasukan Gao Yanzong menyebabkan kekalahan besar terhadap pasukan Zhou Utara, di mana Kaisar Wu hampir mati. Namun, pasukan Gao Yanzong pergi ke perayaan dan tidak bisa berkumpul kembali. Keesokan harinya, serangan Zhou Utara lainnya akhirnya menguasai kota.

Begitu Gao Wei tiba di Yecheng, dia memerintahkan agar hadiah tinggi dipasang untuk orang-orang yang akan bergabung dengan tentara, tetapi dia sendiri tidak mau menyumbangkan harta dari kepemilikan istananya sendiri. Lebih jauh, ketika dia memberikan pidato yang bertujuan untuk meningkatkan moral, sikapnya yang tidak sopan malah membuat marah para jenderal. Para jenderal dan pejabat semuanya kehilangan keinginan untuk berperang. Pejabat Gao Mai (高勱), yang telah mengantar Janda Permaisuri Hu dan Putra Mahkota Heng kembali dari Provinsi Shuo, menyarankan untuk bertahan di Yecheng, tetapi Gao Wei tidak menerima sarannya. Ketika astrolog menunjukkan bahwa kursi kekaisaran akan segera diubah, ia memutuskan untuk menyerahkan takhta kepada Gao Heng dan melakukannya pada musim semi tahun 577, meskipun Gao Heng baru berusia tujuh tahun. Gao Wei sendiri mengambil gelar Taishang Huang.

Gao Wei terus menjalankan otoritas kekaisaran, meskipun Gao Heng adalah kaisar. Dia menghormati ibunya Janda Permaisuri Hu sebagai Janda Permaisuri Agung, sementara Permaisuri Mu mengambil gelar Janda Permaisuri. Sementara itu, pejabat Moduolou Jingxian (莫多婁敬顯) dan jenderal Wei Xiangyuan (尉相願) berencana untuk mencoba membunuh Gao Anagong, dan kemudian menyatakan Gao Xiaoheng sebagai kaisar, tetapi rencana itu bubar ketika penyergapan yang mereka lakukan untuk Gao. Anagong tidak bisa dilakukan. Sementara itu, Gao Xiaoheng meminta pasukan agar dia dapat melawan Zhou Utara, tetapi Gao Anagong dan Han Zhangluan, yang mencurigainya merencanakan kudeta, mengirimnya menjadi gubernur Provinsi Cang (滄州, kira-kira modern Cangzhou, Hebei).

Sementara itu, Gao Wei, yang menerima berita bahwa pasukan Zhou Utara akan segera tiba di Yecheng, memutuskan untuk meninggalkan Yecheng dan pergi ke provinsi-provinsi di selatan Sungai Kuning untuk mengorganisir perlawanan—tetapi jika perlawanan gagal, melarikan diri ke Chen. Dia meninggalkan jenderal Murong Sanzang (慕容三藏) yang bertanggung jawab atas Yecheng dan melarikan diri ke Provinsi Ji (濟州, kira-kira modern Liaocheng, Shandong), di mana sebelumnya telah mengirim Janda Permaisuri Hu, Janda Permaisuri Mu, dan kaisar Gao Heng. Setelah Gao Wei pergi, Murong Sanzang tidak dapat mempertahankan kota, dan kota itu jatuh.

Ketika Gao Wei tiba di Provinsi Ji, ia mengeluarkan dekrit atas nama Gao Heng yang selanjutnya meneruskan takhta kepada paman Gao Wei, Gao Jie (高湝) Pangeran Rencheng, mengirimkan dekrit dan stempel kekaisaran ke Gao Jie di Provinsi Ying (瀛, kira-kira Baoding timur modern, Hebei) dengan pejabat Hulü Xiaoqing (斛律孝卿), di mana Gao Jie menjadi gubernur. Namun, alih-alih memberikan dekrit dan segel kekaisaran ke Gao Jie, Hulü menyerah kepada Zhou Utara. Sementara itu, Gao Wei meninggalkan Janda Permaisuri Hu dan Gao Anagong di Provinsi Ji sementara lebih jauh melarikan diri bersama Janda Permaisuri Mu, Permaisuri Feng, Gao Heng, Han, dan Deng Changyu lebih jauh ke timur ke Provinsi Qing (青州, kira-kira modern Qingzhou, Shandong). Dia berencana untuk melarikan diri lebih jauh ke Chen, tetapi Gao Anagong, yang telah berkomunikasi dengan pasukan Zhou Utara dan berencana untuk menawarkan Gao Wei sebagai hadiah, memberinya informasi palsu untuk memperlambatnya. Ketika pasukan Zhou Utara tiba di Provinsi Ji, Gao Anagong menyerah, memungkinkan pasukan Zhou Utara dengan cepat turun ke Provinsi Qing. Gao Wei dengan cepat mencoba melarikan diri, tetapi ditangkap oleh Jenderal Zhou Utara Yuchi Qin (尉遲勤) dan dikirim kembali ke Yecheng, kepada Kaisar Wu.

Kaisar Wu awalnya memperlakukan Gao Wei dengan hormat, secara pribadi menyapanya dan memperlakukannya sebagai tamu terhormat. Sementara itu, Gao Jie dan Gao Xiaoheng berusaha melawan Zhou Utara di Provinsi Cang, dan ketika Kaisar Wu menyuruh Gao Wei mengirim dekrit kepada Gao Jie untuk memerintahkan penyerahannya, Gao Jie menolak. Namun, saudara Kaisar Wu, Yuwen Xian, Pangeran Qi dengan cepat mengalahkan Gao Jie dan Gao Xiaoheng, menangkap mereka dan sebagian besar mengakhiri perlawanan, meskipun sepupu Gao Wei, Gao Shaoyi, Pangeran Fanyang (putra Kaisar Wenxuan) melarikan diri ke Tujue, dan Tuobo Khan dari Tujue melarikan diri. Gao Shaoyi di bawah perlindungannya dan segera dia menyatakan dirinya sebagai kaisar Qi Utara, meskipun di pengasingan.

Pada musim panas tahun 577, Kaisar Wu kembali dengan Gao Wei, serta para pangeran dan pejabat Qi Utara, menempatkan Gao Wei di depan prosesi kemenangan. Dia juga secara seremonial mempersembahkan Gao Wei dan tawanan lainnya kepada leluhur di kuil leluhur, tetapi tidak menyakiti mereka saat ini. Dia menciptakan Gao Wei sebagai Adipati Wen.

Pada musim dingin tahun 577, Kaisar Wu, yang mengkhawatirkan klan Gao, secara salah menuduh Gao Wei merencanakan pemberontakan dengan Mu Tipo, dan kemudian memerintahkan dia dan anggota klan Gao lainnya untuk bunuh diri. Hanya saudara laki-laki Gao Wei yang cacat perkembangan, Gao Renying (高仁英) dan saudara bisu Gao Renya (高仁雅) yang selamat, tetapi diasingkan ke Sichuan modern. Hanya selama pemerintahan Yang Jian atas cucu Kaisar Wu, Kaisar Jing dari Zhou Utara adalah anggota klan Gao, termasuk Gao Wei, dikuburkan dengan benar di utara Chang'an.



Kaisar Wu dari Zhou Utara ((北)周武帝) (543–578), nama pribadi Yuwen Yong (宇文邕), nama Xianbei Miluotu (禰羅突), adalah seorang kaisar dari dinasti Zhou Utara pimpinan Xianbei di Tiongkok. Seperti halnya pemerintahan saudara-saudaranya Kaisar Xiaomin dan Kaisar Ming, bagian awal pemerintahannya didominasi oleh sepupunya Yuwen Hu, tetapi pada tahun 572 ia menyergap Yuwen Hu dan merebut kekuasaan secara pribadi. Dia kemudian memerintah dengan cakap dan membangun kekuatan militernya, menghancurkan saingan Qi Utara pada tahun 577 dan mencaplok wilayahnya. Kematiannya pada tahun berikutnya, bagaimanapun, mengakhiri ambisinya untuk menyatukan Tiongkok, dan di bawah pemerintahan putranya yang tidak menentu, Kaisar Xuan (Yuwen Yun), Zhou Utara sendiri segera memburuk dan direbut oleh Yang Jian pada tahun 581.

Yuwen Yong lahir pada tahun 543, sebagai putra keempat jenderal tertinggi Wei Barat, Yuwen Tai. Ibunya adalah selir Yuwen Tai, Lady Chinu. Ia lahir di kantor pusat Yuwen Tai di Provinsi Tong (同州, kira-kira Weinan modern, Shaanxi). Dia dianggap berbakti, hormat, dan cerdas di masa mudanya. Pada tahun 554, Kaisar Fei dari Wei Barat mengangkatnya menjadi Adipati Fucheng.

Yuwen Tai meninggal pada tahun 556, dan pada musim semi tahun 557, sepupu Yuwen Yong, Yuwen Hu, yang dipercayakan dengan otoritas pemerintahan oleh Yuwen Tai, memaksa Kaisar Gong dari Wei Barat untuk menyerahkan tahta kepada kakak Yuwen Yong, Yuwen Jue, mengakhiri Wei Barat dan mendirikan Northern Wei. Zhou. Yuwen Jue naik takhta sebagai Kaisar Xiaomin, tetapi menggunakan gelar alternatif "Pangeran Surgawi" (Tian Wang). Yuwen Hu menjabat sebagai bupati, dan kemudian pada tahun itu, ketika Kaisar Xiaomin mencoba merebut kekuasaan darinya, Yuwen Hu menggulingkan Kaisar Xiaomin dan kemudian membunuhnya, menggantikannya dengan kakak laki-laki Yuwen Yong lainnya, Yuwen Yu, yang naik takhta sebagai Kaisar Ming. Kaisar Ming mengangkat Yuwen Yong gelar Adipati Lu yang lebih besar dan sering berkonsultasi dengan Yuwen Yong tentang hal-hal penting. Meskipun Yuwen Yong tidak banyak bicara, Kaisar Ming membuat pengamatan, "Dia tidak sering berbicara, tetapi apa pun yang dia katakan selalu benar."

Pada tahun 559, Yuwen Hu secara resmi mengembalikan otoritasnya kepada Kaisar Ming, dan Kaisar Ming mulai secara resmi mengatur urusan pemerintahan, tetapi Yuwen Hu tetap memegang komando militer. Pada tahun 560, Yuwen Hu, yang khawatir dengan kemampuan Kaisar Ming, meminta koki kekaisaran Li An (李安) meracuninya dengan kue gula. Kaisar Ming, menyadari bahwa dia hampir mati, menunjuk Yuwen Yong sebagai penggantinya, dan setelah dia segera meninggal, Yuwen Yong naik takhta sebagai Kaisar Wu. Namun, kendali pemerintah kembali jatuh ke tangan Yuwen Hu.

Kaisar Wu dikatakan sebagai kaisar yang diam di awal masa pemerintahannya, memberikan Yuwen Hu kendali bebas atas pemerintah, meskipun ia tampaknya mulai mengembangkan sekelompok pejabat yang akan setia kepadanya seiring berjalannya waktu. Dia secara resmi menganugerahkan Yuwen Hu tidak hanya otoritas militer, tetapi juga otoritas atas keenam kementerian.

Dengan jenderal Dinasti Liang Wang Lin dan penuntut takhta yang dia dukung, Xiao Zhuang, yang telah dikalahkan oleh Dinasti Chen pada musim semi 560 dan telah melarikan diri ke Qi Utara, Zhou Utara (dan bawahannya Liang Barat, dengan Kaisar Xuan dari Liang Barat sebagai kaisarnya) bersaing untuk menguasai bekas wilayah Xiao Zhuang dengan Chen, memicu konfrontasi. Mulai musim dingin 560, jenderal Zhou Utara Heruo Dun (賀若敦) dan Dugu Sheng (獨孤盛) memulai kebuntuan yang berlarut-larut dengan jenderal Chen Hou Tian (侯瑱), awalnya berhasil menggagalkan serangan Hou. Namun, sekitar tahun baru 561, Dugu terpaksa mundur, dan Heruo diasingkan. Pada musim semi tahun 561, Hou setuju untuk membiarkan Heruo mundur jika Heruo mau menyerah, dan karena itu Heruo mundur; wilayah Hunan modern dengan demikian menjadi wilayah Chen. (Yuwen Hu, yang percaya bahwa Heruo bersalah karena kehilangan wilayah, mencopotnya dari jabatannya.)

Juga pada tahun 561, Kaisar Wu menghormati ibundanya, Nyonya Chinu, janda permaisuri.

Pada musim semi tahun 562, untuk membina hubungan damai dengan Chen, Zhou Utara mengembalikan saudara Kaisar Wen dari Chen, Chen Xu, serta istri Chen Xu, Liu Jingyan dan putranya Chen Shubao, kepada Chen. Sebagai gantinya, Chen memberikan kota Lushan (魯山, di Wuhan modern, Hubei) kepada Zhou Utara.

Pada musim panas tahun 562, Kaisar Wu, melihat bahwa sebelumnya, para bangsawan tidak menerima keuntungan materi apa pun dari gelar mereka, mulai meminta para bangsawan menerima tunjangan berdasarkan ukuran wilayah mereka.

Pada musim semi tahun 563, saat berkunjung ke Provinsi Yuan (原州, Guyuan modern, Ningxia), Kaisar Wu tiba-tiba kembali ke ibu kota Chang'an tanpa penjelasan. Salah satu pelayannya, Houmochen Chong (侯莫陳崇) Adipati Liang, berspekulasi kepada rekan-rekannya bahwa Yuwen Hu telah meninggal. Ketika spekulasi Houmochen diketahui, Kaisar Wu secara terbuka menegur Houmochen, dan pada malam yang sama, Yuwen Hu mengirim pasukan untuk mengepung rumah Houmochen, memaksanya untuk bunuh diri. Segera setelah itu, dia secara terbuka menganugerahkan Yuwen Hu kehormatan karena namanya tunduk pada penamaan tabu, suatu kehormatan yang ditolak Yuwen Hu.

Juga pada musim semi tahun 563, Kaisar Wu mengumumkan 25 jilid KUHP baru yang dirancang oleh pejabat Tuoba Di (拓拔迪), yang membagi hukuman pidana menjadi 25 kelas.

Pada musim gugur tahun 563, Zhou Utara mengadakan perjanjian aliansi dengan Gokturk, yang dikenal orang Cina sebagai Tujue, melawan Qi Utara, yang sebagiannya berisi janji bahwa Kaisar Wu akan menikahi putri Ashina Qijin, Mugan Khan dari Tujue. Pada musim dingin tahun 563, pasukan gabungan Zhou Utara dan Tujue melancarkan serangan dua arah ke Qi Utara, dengan cabang utara menyerang ibu kota sekunder Qi Utara Jinyang (晉陽, di zaman modern Taiyuan, Shanxi) dan cabang selatan menyerang Pingyang (平陽, di Linfen modern, Shanxi). Cabang utara, dipimpin oleh jenderal Yang Zhong (楊忠), mengepung Jinyang, tetapi segera dikalahkan oleh jenderal Qi Utara Duan Shao (段韶) dan dipaksa mundur. Sebagai tanggapan, cabang selatan, yang dipimpin oleh Daxi Wu (達奚武), juga mundur. Namun, serangan itu menunjukkan kekuatan Zhou Utara yang semakin meningkat—seperti sebelumnya, di bulan-bulan musim dingin, pasukan Zhou Utara akan memecahkan es di Sungai Kuning untuk mencegah kemungkinan serangan Qi Utara, tetapi sekitar waktu ini dan setelahnya, pasukan Qi Utara memecahkan kebekuan. di sungai untuk mencegah kemungkinan serangan Zhou Utara.

Pada musim gugur 564, untuk menenangkan Yuwen Hu, Kaisar Wucheng dari Qi Utara mengembalikan ibu Yuwen Hu, Lady Yan dan bibinya (dan bibi Kaisar Wu) (saudara perempuan Yuwen Tai), yang telah terperangkap di wilayah Qi Utara beberapa dekade sebelumnya, ke Utara. Zhou. Untuk merayakan kembalinya Lady Yan, Kaisar Wu mengeluarkan pengampunan umum, dan bersujud di hadapannya seperti keponakan biasa. Pada gilirannya, Yuwen Hu mempertimbangkan untuk membatalkan serangan gabungan yang direncanakan dengan Tujue terhadap Qi Utara, tetapi takut Tujue akan percaya bahwa Zhou Utara meninggalkan aliansi, dan oleh karena itu meluncurkan serangan gabungan lain dengan Tujue di musim dingin 564. Serangan itu, beban utama yang melawan Luoyang, bagaimanapun, tidak berhasil, dan segera ditinggalkan.

Pada musim semi tahun 565, Kaisar Wu mengirim saudaranya Yuwen Chun (宇文純) Adipati Chen, Yuwen Gui (宇文貴) Adipati Xu, Dou Yi (竇毅) Adipati Shenwu, dan Yang Jian (楊薦, berbeda orang daripada Yang Jian yang lebih dikenal, dirujuk di atas dan di bawah) Adipati Nanyang, untuk memimpin korps penjaga upacara ke Tujue untuk menyambut kembali putri Ashina Qijin untuk menikah dengannya. Namun, ketika mereka tiba di markas Ashina Qijin, dia berbalik melawan perjanjian dan menahan Yuwen Chun dan para pelayannya.


Pada tahun 566, suku non-Cina di Provinsi Xin (信州, Chongqing timur modern) memberontak dan merebut Baidicheng, di bawah kepemimpinan kepala suku Ran Lingxian (冉令賢) dan Xiang Wuziwang (向五子王). Jenderal Lu Teng (陸騰), bagaimanapun, mampu membujuk beberapa bawahan Rang untuk berbalik melawannya, dan dia kemudian mengalahkan Rang dan Xiang, membunuh mereka dan menekan pemberontakan.

Pada tahun 567, sehubungan dengan kematian Kaisar Wen dari Chen dan suksesi oleh putranya Kaisar Fei dari Chen pada tahun 566, para pejabat tinggi Chen terlibat dalam pertikaian, dan saudara laki-laki Kaisar Wen, Chen Xu, menang. Jenderal Hua Jiao (華皎), gubernur Provinsi Xiang (Changsha modern, Hunan), merasa tidak nyaman, dan karena itu mencari bantuan dari Zhou Utara dan Liang Barat. Yuwen Hu, ditentang oleh pejabat Cui You (崔猷), mengirim pasukan yang dikomandoi oleh saudara Kaisar Wu Yuwen Zhi (宇文直) Adipati Wei untuk membantu Hua dan Liang Barat, yang juga membantu Hua. Jenderal Chen Wu Mingche, bagaimanapun, dengan cepat mengalahkan pasukan gabungan Zhou Utara, Liang Barat, dan Hua, memaksa Hua dan Yuwen Zhi untuk menyerah perang dan melarikan diri ke ibukota Liang Barat, Jiangling. Chen mampu mempertahankan semua wilayah Hua dan selanjutnya membuat keuntungan teritorial kecil terhadap Zhou Utara dan Liang Barat juga. Yuwen Hu membebaskan Yuwen Zhi dari jabatannya, dan sementara Yuwen Zhi akhirnya dikembalikan kepada mereka, Yuwen Zhi, yang sebelumnya memiliki hubungan baik dengan Yuwen Hu, menyimpan dendam terhadap Yuwen Hu dan diam-diam mendorong Kaisar Wu untuk bertindak melawan Yuwen Hu.

Pada musim semi tahun 568, badai besar di markas besar Tujue menimbulkan kerusakan besar, dan Ashina Qijin menganggapnya sebagai tanda ketidaksenangan ilahi atas pembatalan perjanjian pernikahannya dengan Zhou Utara. Karena itu dia mengembalikan Yuwen Chun, bersama dengan putri yang dia janjikan kepada Kaisar Wu, kembali ke Zhou Utara. Kaisar Wu secara pribadi menyambutnya dan menciptakan permaisurinya.

Mungkin mengingat hubungan permusuhan baru dengan Chen, ketika Qi Utara membuat tawaran perdamaian pada musim gugur tahun 568, Zhou Utara menerimanya, dan ada perdamaian antara negara bagian selama sekitar satu tahun, sampai musim gugur tahun 569, ketika saudara Kaisar Wu, Yuwen Xian, Pangeran Qi memimpin pasukan untuk mengepung kota Yiyang (宜陽, Luoyang modern, Henan) di Qi Utara -- dan selama lebih dari setahun, kedua negara akan terlibat dalam perjuangan untuk menguasai Yiyang. Sementara itu, pada musim gugur 570, jenderal Chen Zhang Zhaoda (章昭達) mengepung Jiangling, hampir merebutnya, tetapi akhirnya dilawan oleh pasukan gabungan Zhou Utara dan Liang Barat.

Pada tahun 569-570, Kaisar Wu mengorganisir debat antara umat Buddha dan Taois dan menugaskan dua laporan - Xiaodao Lun dan Erjiao Lun - tentang kesesuaian kedua agama untuk diadopsi oleh pemerintah Cina.[1] Dia keluar dengan kesan yang lebih baik tentang Taoisme, dan akan menemukan Tongdao Guan (通道观) untuk penelitian Taois, yang pada akhirnya akan menyusun ensiklopedia Taois pertama, Wushang Biyao (无上秘要).[1][2]

Pada musim dingin tahun 570—seperti yang diperingatkan sebelumnya oleh jenderal Zhou Utara Wei Xiaokuan, yang menyarankan untuk menentang kampanye Yiyang—jenderal Qi Utara yang terkenal Hulü Guang meninggalkan Yiyang dan sebagai gantinya maju ke wilayah Zhou Utara di utara Sungai Fen (汾水, mengalir melalui Linfen modern ), membangun benteng dan merebut wilayah penting dari Zhou Utara. Sementara serangan balik oleh Yuwen Xian kemudian melawan Hulü hingga menemui jalan buntu, kerusakan telah terjadi, dan Zhou Utara selanjutnya dipaksa untuk menyerah pada kampanye Yiyang pada musim gugur tahun 571 untuk berkonsentrasi melawan Hulü.

Juga pada tahun 571, Hua pergi ke Chang'an, dan dalam perjalanan, dia bertemu Yuwen Zhi di Provinsi Xiang (襄州, kira-kira modern Xiangfan, Hubei), menyarankan kepada Yuwen Zhi bahwa Liang Barat berada dalam kondisi putus asa sehingga jika Utara Zhou ingin melihatnya dilestarikan, Zhou Utara harus meminjamkan beberapa tanah ke Liang Barat. Yuwen Zhi setuju dan mengajukan lamaran kepada Kaisar Wu; Sebagai tanggapan, Kaisar Wu memberikan tiga provinsi—Ji (基州), Ping (平州), dan Ruo (鄀州) (bersama-sama membentuk Jingmen modern dan Yichang, Hubei) ke Liang Barat.

Pada tahun 572, Yuwen Hu telah mengendalikan militer selama 16 tahun dan pemerintah hampir selama itu. Kaisar Wu sudah lama ingin dia menyingkir, meskipun dia menunjukkan sedikit tanda-tanda lahiriah. Dia bersekongkol dengan Yuwen Zhi, kerabat jauh Yuwen Shenju (宇文神舉) dan Yuwen Xiaobo (宇文孝伯), dan Wang Gui (王軌) melawan Yuwen Hu. Pada musim semi 572, dia bergerak. Setelah Kaisar Wu dan Yuwen Hu mengadakan pertemuan, ia mengundang Yuwen Hu ke istana untuk bertemu dengan Janda Permaisuri Chinu. Dalam perjalanan ke istananya, dia memberi tahu Yuwen Hu bahwa Janda Permaisuri Chinu memiliki masalah dengan alkoholisme dan tidak mendengarkan nasihatnya untuk menghentikannya minum, jadi dia ingin Yuwen Hu menasihatinya untuk mengubah caranya juga. Dia selanjutnya memberi Yuwen Hu teks Jiu Gao (酒誥) -- pernyataan anti-alkoholisme yang ditulis oleh Raja Cheng dari Zhou—dan menyarankan agar dia membacakan Jiu Gao kepada Janda Permaisuri Chinu. Begitu mereka sampai di istananya, Yuwen Hu, atas permintaan Kaisar Wu, mulai membaca Jiu Gao. Sebelum dia bisa menyelesaikannya, Kaisar Wu melangkah di belakangnya dan menggunakan tablet giok untuk menyerang bagian belakang kepalanya. Yuwen Hu jatuh ke tanah, dan Yuwen Zhi, yang bersembunyi di dekatnya, melompat keluar, dan memenggal kepala Yuwen Hu, mengakhiri kekuasaan Yuwen Hu. Putra, saudara laki-laki, dan rekan-rekan kunci Yuwen Hu semuanya dieksekusi.

Karena berperan penting dalam kematian Yuwen Hu, Yuwen Zhi berusaha untuk mengambil alih jabatan Yuwen Hu, tetapi Kaisar Wu, yang ingin secara langsung mengontrol pemerintah, membagi otoritas di antara beberapa pejabat, mempertahankan sebagian besar otoritas dalam dirinya sendiri. Dia mengambil kesempatan itu secara anumerta untuk menghormati saudaranya Kaisar Xiaomin (Yuwen Hu telah menolak untuk melakukannya sebelumnya) dan menjadikan putranya Yuwen Yun sebagai putra mahkota Adipati Lu. Dia juga mulai menentang kemewahan dan menghancurkan beberapa istana yang dia anggap terlalu mewah serta barang-barang lain yang dia anggap dihias dengan hiasan.

Juga di musim panas tahun 572, Kaisar Wu mengetahui bahwa kaisar Qi Utara, Gao Wei, yang mengkhawatirkan Hulü Guang, telah mengeksekusi Hulü. Karena senang, Kaisar Wu menyatakan pengampunan umum.

Pada tahun 573, Kaisar Wu menyadari bahwa Putra Mahkota Yun tidak memperhatikan masalah kenegaraan melainkan berhubungan dengan orang-orang yang tidak bermoral. Sebagai tanggapan, Kaisar Wu memilih anggota staf untuk Putra Mahkota Yun yang dikenal karena perilaku mereka yang ketat. Ini membuat putra mahkota tidak senang.

Sekitar tahun baru 574, Kaisar Wu mengumpulkan cendekiawan Konfusianisme, biksu Tao, dan biksu Buddha, dan meminta mereka berdebat tentang filosofi mereka. Dia menempatkan Konfusianisme sebagai yang tertinggi, lalu Taoisme, dan kemudian Buddha. Selanjutnya, pada musim panas 574, ia melarang baik Taoisme maupun Buddhisme, memerintahkan biksu mereka untuk kembali ke kehidupan sekuler. Dia juga melarang penyembahan dewa-dewa kecil yang kultusnya tidak terdaftar di pemerintah. (Ini dikenal sebagai yang kedua dari Tiga Bencana Wu)

Pada musim semi tahun 574, Janda Permaisuri Chinu meninggal. Kaisar Wu berkabung selama lebih dari sebulan, hanya makan sedikit nasi selama periode ini.

Pada musim gugur 574, ketika Kaisar Wu berada di Yunyang (雲陽, di Xianyang modern, Shaanxi), Yuwen Zhi, yang telah lama membenci tidak menerima otoritas lebih, memberontak di Chang'an. Pejabat Yuchi Yun (尉遲運), salah satu pejabat yang bertanggung jawab atas ibukota bersama dengan Putra Mahkota Yun, mengalahkan Yuwen Zhi, memaksanya untuk melarikan diri. Yuwen Zhi segera ditangkap dan dieksekusi.

Percaya Qi Utara telah melemah secara substansial tidak hanya oleh kematian Hulü tetapi juga oleh kampanye sukses yang dilancarkan Chen melawannya pada tahun 573 (merebut provinsi antara Sungai Yangtze dan Sungai Huai), pada tahun 575, Kaisar Wu secara serius mempertimbangkan kampanye melawan Qi Utara. Namun, dia merahasiakan masalah ini, hanya berkonsultasi dengan Yuwen Xian, Wang Yi (王誼), dan Yu Yi (于翼). Hanya sampai dia siap pada musim gugur 575 dia mengumumkannya secara umum. Dia mengarahkan serangannya ke Luoyang, tetapi dia menghabiskan sekitar 20 hari untuk mengepungnya dan tidak dapat menangkapnya, dan menjadi sakit. Dia mengundurkan diri, dengan hampir tidak ada keuntungan.

Pada musim semi tahun 576, berdasarkan perintah Kaisar Wu, Putra Mahkota Yun melancarkan kampanye melawan Tuyuhun; kampanye yang tampaknya cukup berhasil. Namun kampanye tersebut akan membawa kerusakan lain dari hubungan antara ayah dan anak, karena Wang Gui, yang secara resmi menjabat sebagai letnan putra mahkota (bersama dengan Yuwen Xiaobo) tetapi bertanggung jawab atas operasi tersebut, melaporkan masalah tindakan tidak bermoral yang dilakukan oleh pihak mahkota. pangeran dan rekan-rekannya Zheng Yi (鄭譯) dan Wang Duan (王端) terlibat. Kaisar Wu sendiri mencambuk putra mahkota dan rekan-rekannya, mengusir rekan-rekannya dari istana putra mahkota. (Namun, Putra Mahkota Yun segera mengingat rekan-rekannya.) Kaisar Wu juga sangat ketat terhadap Putra Mahkota Yun, melarangnya beristirahat atau minum. Setiap kali dia melakukan kesalahan, Kaisar Wu akan memukulinya atau mencambuknya, dan selanjutnya memperingatkan dia bahwa dia akan digulingkan. Kaisar Wu selanjutnya memerintahkan staf putra mahkota untuk melaporkan semua tindakannya kepada kaisar. Takut pada ayahnya, Putra Mahkota Yun belajar untuk berpura-pura berperilaku jujur, dan kaisar berpikir bahwa putra mahkota telah berubah.

Pada musim dingin tahun 576, Kaisar Wu kembali menyerang Qi Utara; kali ini, mengubah strategi dan menyerang Pingyang sebagai gantinya. Dia mampu menangkap Pingyang dengan cepat, sebelum pasukan Qi Utara tiba. Kaisar Qi Utara Gao Wei segera maju menuju Pingyang dengan pasukan yang besar, dan Kaisar Wu, yang tidak ingin melibatkan pasukan Gao Wei secara langsung, mundur, meninggalkan jenderal Liang Shiyan (梁士彥) yang bertugas membela Pingyang. Gao Wei mengepung Pingyang, dan pada satu titik hampir merebutnya. Kaisar Wu, setelah mengatur kembali pasukannya, meluncurkan kembali pasukannya dan menuju Pingyang, berusaha untuk melepaskan pengepungan. Sekitar tahun baru 577, dia tiba di dekat Pingyang dan Gao Wei memilih untuk melawannya—tetapi, begitu pertempuran dimulai, panik ketika selir favoritnya Feng Xiaolian salah percaya bahwa tentara telah dikalahkan—dan dia meninggalkan tentara, menyebabkan jatuh. Gao Wei melarikan diri ke Jinyang, dan Kaisar Wu mengejar. Tidak lagi memiliki keinginan untuk melawan Kaisar Wu, Gao Wei selanjutnya melarikan diri kembali ke ibu kota Qi Utara Yecheng, meninggalkan sepupunya Gao Yanzong yang bertanggung jawab atas Jinyang. Gao Yanzong melancarkan serangan balik, mengejutkan Kaisar Wu dan hampir membunuhnya. Namun, setelah kemenangan, pasukan Gao Yanzong mengadakan perayaan, dan dia tidak dapat mengaturnya kembali, dan Kaisar Wu segera mengalahkan dan menangkapnya, dan menuju Yecheng.

Gao Wei, setelah menyerahkan tahta kepada putranya yang masih kecil, Gao Heng untuk menangkis pertanda buruk, mempertimbangkan untuk melawan, tetapi malah memutuskan untuk melarikan diri ke tenggara melintasi Sungai Kuning, berencana untuk berkumpul kembali dan melihat apakah dia bisa bertahan—tetapi jika tidak, untuk melarikan diri ke Chen. Pada musim semi tahun 577, Kaisar Wu memasuki Yecheng. Dengan pejabat Gao Wei, Gao Anagong memberinya informasi tentang lokasi Gao Wei, dia berhasil menangkap Gao Wei. Setelah Gao Wei dikembalikan ke Yecheng, dia memperlakukan Gao Wei dengan hormat dan mengangkat Gao Wei sebagai Adipati Wen. Paman Gao Wei, Gao Jie (高湝) dan sepupunya Gao Xiaoheng (高孝珩), bertahan untuk terakhir kalinya di Xindu (信都, dalam bahasa modern Hengshui, Hebei), juga segera dikalahkan dan ditangkap. Sepupu Gao Wei lainnya, Gao Shaoyi, setelah gagal melawan, melarikan diri ke Tujue dan berada di bawah perlindungan penerus Ashin Qijin, Tuobo Khan. Selain Provinsi Ying (營州, kurang lebih modern Zhaoyang, Liaoning), dipegang oleh pejabat resmi Gao Baoning (高寶寧), kerabat jauh dari klan kekaisaran Gao Qi Utara, semua wilayah Qi Utara berada di bawah kekuasaan Zhou Utara.

Pada musim panas tahun 577, Kaisar Wu kembali ke Chang'an bersama Gao Wei dan anggota klan Gao lainnya. Pada musim dingin tahun 577, karena khawatir dengan anggota klan Gao, dia salah menuduh Gao Wei berkonspirasi dengan mantan pejabat Qi Utara Mu Tipo dan membunuh Mu serta memerintahkan Gao Wei dan anggota klan Gao lainnya untuk bunuh diri.

Mengingat kekalahan Qi Utara, Chen, yang saat itu diperintah oleh Chen Xu (yang telah menggulingkan Kaisar Fei dan naik takhta sendiri sebagai Kaisar Xuan), melancarkan serangan yang diperintahkan oleh Wu Mingche ke Pengcheng (Xuzhou modern, Jiangsu), sebuah kota penting di bekas perbatasan Chen/Qi Utara. Kaisar Wu mengirim Wang Gui untuk membebaskan Pengcheng, dan pada musim semi tahun 578, Wang mengalahkan Wu, menangkapnya.

Pada musim panas tahun 578, Kaisar Wu terlibat dalam kampanye militer di dua front: melawan Tujue di utara dan melawan Chen di selatan. Namun, dia tiba-tiba jatuh sakit dan, setelah berhenti di Yunyang, mengakhiri serangan terhadap Tujue. Dia mempercayakan hal-hal penting kepada Yuwen Xiaobo, dan dia segera meninggal pada usia 35 tahun. Putra Mahkota Yun menggantikannya (sebagai Kaisar Xuan), dan pada tahun 581 Zhou Utara telah jatuh, tahtanya telah direbut oleh ayah mertua Kaisar Xuan. hukum Yang Jian.


Epitaph of Xiaoling Mausoleum, Museum Sejarah Shaaxi Info yang disediakan oleh museum ditunjukkan di bawah ini: Epitaph of Xiaoling Mausoleum Periode Zhou Utara (557-581) Digali dari makam Xiaoling Kaisar Wudi, desa Chenma, Kota Xianyang Koleksi Institut Arkeologi Provinsi Shaanxi Pemiliknya dari batu nisan itu adalah Yuwen Yong, Kaisar Wu (560-578) dari dinasti Zhou Utara. Dia berasal dari kebangsaan Xianbei yang menetap di Wuchuan, Mongolia Dalam saat ini. Dia mencaplok dinasti Qi Utara dan menyatukan Cina utara. Xiaoling adalah mausoleum pertama yang melakukan penggalian darurat di Shaanxi, mengungkapkan formasi yang jelas dan peninggalan yang melimpah. Batu nisan itu terbuat dari batu kapur, permukaannya diukir dengan tiga karakter grafik di relief, bertuliskan "makam Kaisar Zhou Agung Wudi". Ini adalah satu-satunya contoh yang masih hidup dari satu set lengkap batu nisan sekarang.





(570 M): Lahirnya Rasululullah
                                      Masa Kehidupan Rasulullah

----------------
3.6 Dinasti Sui (589–618)
-------------------------
Yang Jian, pendiri Dinasti Sui,
           menaklukkan Dinasti Chen di selatan.

Terusan Besar Tiongkok : Grand Canal

Setelah hampir empat abad perpecahan, Dinasti Sui berhasil mempersatukan kembali Tiongkok pada tahun 589 dengan penaklukan Yang Jian, pendiri Dinasti Sui, terhadap Dinasti Chen di selatan. Periode kekuasaan dinasti ini antara lain ditandai dengan pembangunan Terusan Besar Tiongkok dan pembentukan banyak lembaga pemerintahan yang nantinya akan diadopsi oleh Dinasti Tang.
------------------------------
(618–907): 289                              Jaman Rasulullah - Khulafaur Rasyidin
632 M : Rasulullah Wafat
------------------
3.7 Dinasti Tang (618–907)
------------------
18 Juni 618

Li Yuan    Dinasti Tang

Pada 18 Juni 618, Li Yuan naik tahta dan memulai era Dinasti Tang yang menggantikan Dinasti Sui. Zaman ini merupakan masa kemakmuran dan perkembangan seni dan teknologi Tiongkok. Agama Buddha menjadi agama utama yang dianut oleh keluarga kerajaan serta rakyat kebanyakan. Sejak sekitar tahun 860, Dinasti Tang mulai mengalami kemunduran karena munculnya pemberontakan-pemberontakan.
----------------------
(907–960): 53 tahun
--------------------------------------
3.8 Lima Dinasti dan Sepuluh Negara (907–960)
--------------------
Antara tahun 907 sampai 960, sejak runtuhnya Dinasti Tang sampai berkuasanya Dinasti Song, terjadi suatu periode perpecahan politik yang dikenal sebagai Zaman Lima Dinasti dan Sepuluh Negara. Pada masa yang cukup singkat ini, lima dinasti (Dinasti Liang, Tang, Jin, Han, dan Zhou) secara bergantian menguasai jantung wilayah kerajaan lama di utara Tiongkok. 


Dinasti Liang, 


Dinasti Tang, 
Dinasti Jin, 
Dinasti Han, dan 
Dinasti Zhou


Pada saat yang bersamaan, sepuluh negara kecil lain (Wu, Wuyue, Min, Nanping, Chu, Tang Selatan, Han Selatan, Han Utara, Shu Awal, dan Shu Akhir) berkuasa di selatan dan barat Tiongkok.


-------------------------------
960-1279
----------------------

3.9 Dinasti Song, Liao, Jin, serta Xia Barat (960-1279)

----------------
Dinasti Song, Dinasti Liao, Dinasti Jin (1115-1234), dan Xia Barat Antara tahun 960 hingga 1279, Tiongkok dikuasai oleh beberapa dinasti.
-------------
(960-1279)
-----------

Dinasti Song (960-1279) : beribu kota di Kaifeng

-----------------------
Pada tahun 960, Dinasti Song (960-1279) yang beribu kota di Kaifeng menguasai sebagian besar Tiongkok dan mengawali suatu periode kesejahteraan ekonomi.
----------------
(907-1125)
------------------
Dinasti Liao (907-1125)
--------------
Wilayah Manchuria (sekarang dikenal dengan Mongolia) dikuasai oleh Dinasti Liao (907-1125)
-------------------------
(1115-1234)
-----------------------------
Dinasti Jin (1115-1234)
------------------------
yang selanjutnya digantikan oleh Dinasti Jin (1115-1234).
------------------------------
1032-1227.
----------------------------
Dinasti Xia Barat antara tahun 1032 hingga 1227.

Sementara itu, wilayah barat laut Tiongkok yang sekarang dikenal dengan provinsi-provinsi Gansu, Shaanxi, dan Ningxia dikuasai oleh Dinasti Xia Barat antara tahun 1032 hingga 1227.
-----------------------------
(1279–1368) : 89 tahun
-----------------------------------------
---CLASS DENGAN SHINGASARI--
------------------
3.10 Dinasti Yuan (1279–1368)

Kublai Khan, pendiri Dinasti Yuan
             ibu kota Beijing.

Antara tahun 1279 hingga tahun 1368, Tiongkok dikuasai oleh Dinasti Yuan yang berasal dari Mongolia dan didirikan oleh Kublai Khan. Dinasti ini menguasai Tiongkok setelah berhasil meruntuhkan Dinasti Jin di utara sebelum bergerak ke selatan dan mengakhiri kekuasaan Dinasti Song. Dinasti ini adalah dinasti pertama yang memerintah seluruh Tiongkok dari ibu kota Beijing.
 
 
Setting Dinasti Yuan ini adalah Waktu Yang dipakai Oleh Novel Pendekar Pemanah Rajawali Yang terkenal sampai dengan cerita Pedang Langit dan Golok Pembunuh Naga yang sangat terkenal itu
 
1279
---------------
Invasi Mongol : 60 juta orang Tiongkok Tewas
----------------
Sebelum invasi bangsa Mongol, laporan dari dinasti-dinasti Tiongkok memperkirakan terdapat sekitar 120 juta penduduk; namun setelah penaklukan selesai secara menyeluruh pada tahun 1279, sensus tahun 1300 menyebutkan bahwa terdapat 60 juta penduduk.[28] 
 
Demikian pula pada pemerintahan Dinasti Yuan terjadi epidemi abad ke-14 berupa wabah penyakit pes (Kematian Hitam), dan diperkirakan telah menewaskan 30% populasi Tiongkok saat itu.[29][30]
------------------------------------------------
Wabah Penyakit Pes : 30 % Penduduk China Tewas (Sekitar 20 juta orang tewas karena Pes)
------------------------------------------
 
 
1289
Kubalai Khan memiliki  relasi yang penting dengan Nusantara. Pada tahun 1289 setelah 10 tahun berhasil mendirikan Dinasti Yuan, Kubalai Khan mengirim Meng Khi ke Singashari. Kaisar Kertanegara mnemotong telinga Meng Khi dan menghinakan utusan yang meminta penaklukan Singashari. Penghinaan Kertanegara ini membuat Kubalai Khan yang berada di puncak kekuasaannya murka. 
 
1292
Kubalai Khan mengirim 10 ribu pasukan untuk menghancurkan Singashari, akan tetapi pasukan besar ini dibuat kocar-kacir dan mengalami kekalahan fatal oleh Raden Wijaya, yang kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit
 
  

------------------------------------------

 
(1368–1644)
-------------------------
3.11 Dinasti Ming (1368–1644)

Zhu Yuanzhang dari suku Han, Dinasti Ming
Tembok Besar Tiongkok Selesai



Sepanjang masa kekuasaan Dinasti Yuan, terjadi penentangan yang cukup kuat terhadap kekuasaan asing ini di kalangan masyarakat. Sentimen ini, ditambah sering timbulnya bencana alam sejak 1340-an, akhirnya menimbulkan pemberontakan petani yang menumbangkan kekuasaan Dinasti Yuan. 
 
1368
 
Zhu Yuanzhang dari suku Han mendirikan Dinasti Ming setelah berhasil mengusir Dinasti Yuan pada tahun 1368.
-------------------
1449
----------------------
Esen Tayisi dari bangsa Mongol Oirat
menawan Kaisar Zhengtong di Tumu

Tahun 1449, Esen Tayisi dari bangsa Mongol Oirat melakukan penyerangan ke wilayah Tiongkok utara, dan bahkan sampai berhasil menawan Kaisar Zhengtong di Tumu.
------------------
1542
------------------
Altan Khan
-----------------
Tahun 1542, Altan Khan memimpin bangsa Mongol terus-menerus mengganggu perbatasan utara Tiongkok, dan
-------------
1550
--------------
pada tahun 1550 ia berhasil menyerang sampai ke pinggiran kota Beijing. Kekaisaran Dinasti Ming juga menghadapi serangan bajak laut Jepang di sepanjang garis pantai tenggara Tiongkok; [31]
-------------------
Jenderal Qi Jiguang
-------------------
peranan Jenderal Qi Jiguang sangat penting dalam mengalahkan serangan bajak laut tersebut.
---------------
1556
------------
------------------------------------------TEMBOK BESAR SELESAI DIBANGUN (221 SM- 1368)
Gempa Shaanxi : 830 ribu tewas
------
Suatu gempa bumi terdasyat di dunia, gempa bumi Shaanxi tahun 1556, diperkirakan telah menewaskan sekitar 830.000 penduduk, yang terjadi pada masa pemerintahan Kaisar Jiajing.

Selama masa Dinasti Ming, pembangunan terakhir Tembok Besar Tiongkok selesai dilaksanakan, sebagai usaha perlindungan bagi Tiongkok atas invasi dari bangsa-bangsa asing. Meskipun pembangunannya telah dimulai pada masa sebelumnya, sesungguhnya sebagian besar tembok yang terlihat saat ini adalah yang telah dibangun atau diperbaiki oleh Dinasti Ming. Bangunan bata dan
granit telah diperluas, menara pengawas dirancang-ulang, serta meriam-meriam ditempatkan di sepanjang sisinya.
---------------------------
(1644–1911) : 267 tahun
---------------------------
3.12 Dinasti Qing (清朝, 1644–1911)
     Suku Manchu
--------------------------------
Kartun politik Prancis, akhir 1890-an. Kue melambangkan Tiongkok dibagi-bagi antara Inggris, Jerman, Rusia, Prancis, dan Jepang.
------------
(1616-1644)
----------------------
penaklukan Manchu atas Dinasti Ming (1616-1644) : 25 juta tewas
--------------------
1644
-------------
Dinasti Ming, dinasti terakhir Han Tiongkok
dikalahkan suku Manchu (滿族,满族) dari sebelah timur laut Tiongkok
-------------------------------
Dinasti Qing (清朝, 1644–1911) didirikan menyusul kekalahan Dinasti Ming, dinasti terakhir Han Tiongkok, oleh suku Manchu (滿族,满族) dari sebelah timur laut Tiongkok pada tahun 1644. Dinasti ini merupakan dinasti feodal terakhir yang memerintah Tiongkok. Diperkirakan sekitar 25 juta penduduk tewas dalam periode penaklukan Manchu atas Dinasti Ming (1616-1644).[32] Bangsa Manchu kemudian mengadopsi nilai-nilai Konfusianisme dalam pemerintahan mereka, sebagaimana tradisi yang dilaksanakan oleh pemerintahan dinasti-dinasti Han sebelumnya.
----------------------
Perang Dinasti Qing dan Dinasti Ming : 25 juta tewas
-------------------
(1851–1864)
--------------------------
Pemberontakan Taiping (1851–1864)
Taiping Tianguo  

gerakan keagamaan kuasi-Kristen yang
dipimpin Hong Xiuquan
----------------------------
Pemberontakan Taiping (1851–1864), sepertiga wilayah Tiongkok sempat jatuh dalam kekuasaan Taiping Tianguo, suatu gerakan keagamaan kuasi-Kristen yang dipimpin Hong Xiuquan yang menyebut dirinya "Raja Langit".
-------------
1864
----------
Taiping dihancurkan dalam Perang Nanking Ketiga tahun 1864 : 20 juta korban tewas
-------------
Setelah empat belas tahun, barulah pemberontakan tersebut berhasil dipadamkan, tentara Taiping dihancurkan dalam Perang Nanking Ketiga tahun 1864. Kematian yang terjadi selama 15 tahun pemberontakan tersebut diperkirakan mencapai 20 juta penduduk.[33]

Beberapa pemberontakan yang memakan korban jiwa dan harta yang lebih besar kemudian terjadi, yaitu

Perang Suku Punti-Hakka,
Pemberontakan Nien,
Pemberontakan Minoritas Hui,
Pemberontakan Panthay, dan
Pemberontakan Boxer.[34]

Dalam banyak hal, pemberontakan-pemberontakan tersebut dan perjanjian tidak adil yang berhasil dipaksakan oleh kekuatan imperialis asing terhadap Dinasti Qing, merupakan tanda-tanda ketidakmampuan Dinasti Qing dalam menghadapi tantangan-tantangan baru yang muncul pada abad ke-19.
----------------------------

4 Zaman modern
4.1 Republik Tiongkok
4.2 Republik Rakyat Tiongkok

------------------------------------
Republik Tiongkok
----------------------------------------
Sun Yat-sen, presiden pertama Republik Tiongkok

Rasa frustrasi karena penolakan Dinasti Qing untuk melakukan reformasi serta karena kelemahan Tiongkok terhadap negara-negara lain, membuat timbulnya revolusi yang terinspirasi oleh ide-ide Sun Yat-sen untuk menghapuskan sistem kerajaan dan menerapkan sistem republik di Tiongkok.
-----------
1910
----------
Perbudakan Dihapuskan di Tiongkok
-----------------
1912
---------------
12 Februari 1912, kaisar terakhir Qing, Kaisar Xuantong turun tahta
Revolusi Xintai
--------------------------
Pada tanggal 12 Februari 1912, kaisar terakhir Qing, Kaisar Xuantong turun tahta, menyusul Revolusi Xinhai.
------------
12 Maret 1912
-------------------
Republik Tiongkok
Sun Yat-sen sebagai presiden pertamanya.
--------------------
12 Maret 1912 Republik Tiongkok didirikan dengan Sun Yat-sen sebagai presiden pertamanya.
----------
Sebulan setelahnya, pada 12 Maret 1912, Republik Tiongkok didirikan dengan Sun Yat-sen sebagai presiden pertamanya.

Perbudakan di Tiongkok dihapuskan pada tahun 1910.[35]
----------
1916-1928
------------
1928
----------------------------
sebagian besar Tiongkok dipersatukan di bawah
Kuomintang (KMT) oleh Chiang Kai-shek.
-----------------------------
Pada tahun 1928, setelah konflik berkepanjangan antara panglima-panglima perang yang terjadi antara 1916-1928, sebagian besar Tiongkok dipersatukan di bawah Kuomintang (KMT) oleh Chiang Kai-shek. Sementara itu, Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang berhaluan komunis mulai juga menancapkan pengaruhnya dan menjadi pesaing utama Kuomintang yang menimbulkan Perang Saudara Tiongkok.
------------------
1928-1937
-----------------
Partai Kuomintang (KMT) vs Partai Komunis Tiongkok (PKT)
----------------
(1937-1945)
----------------
Pendudukan Jepang
--------------------
Kedua partai Tiongkok ini secara nominal sempat bersatu dalam menghadapi pendudukan Jepang yang dimulai tahun 1937, yaitu selama Perang Tiongkok-Jepang (1937-1945) yang merupakan bagian Perang Dunia II. Mengikuti kekalahan Jepang tahun 1945, permusuhan KMT dan PKT berlanjut kembali setelah usaha-usaha rekonsiliasi dan negosiasi gagal mencapai kesepakatan. (Lihat: Perang Saudara Tiongkok).
-------------
1945
-------------------------
Jepang Menyerah pada pasukan Republik Tiongkok di
bawah Chiang Kai-shek, di Taiwan
-----------------------
Di akhir Perang Dunia II tahun 1945 sebagai bagian dari penyerahan kekuasaan Jepang, pasukan Jepang di Taiwan menyerah kepada pasukan Republik Tiongkok di bawah Chiang Kai-shek yang memegang kendali atas Taiwan.[36]
---------
1949
------------
Kuomintang mundur ke Taiwan Dan Partai Komunis Menguasai Tiongkok
------------
Konflik antara partai-partai Tiongkok yang dimulai sejak 1927 berakhir secara tak resmi dengan pengunduran diri Kuomintang ke Taiwan pada tahun 1949 dan menjadikan Partai Komunis Tiongkok sebagai penguasa tunggal di Tiongkok Daratan. Sampai sekarang, pemerintah yang memerintah Taiwan masih menggunakan nama resmi "Republik Tiongkok" walaupun secara umum dikenal dengan nama "Taiwan".[37]
----------------------
1 Oktober 1949
------------------
Mao Zedong memproklamirkan Republik Rakyat Tiongkok (RRT)
di Lapangan Tiananmen
----------------------
Republik Rakyat Tiongkok
-----------------
Bendera RRT.
Artikel utama: Sejarah Republik Rakyat Tiongkok

Pada tanggal 1 Oktober 1949, Mao Zedong memproklamirkan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) di Lapangan Tiananmen, setelah hampir pastinya kemenangan Partai Komunis Tiongkok dari Kuomintang pada Perang Saudara Tiongkok.
----------------------------
Periode sejarah RRT secara umum dibagi menjadi empat periode:
----------------
(1949-1976)
-----------------
transformasi sosialis (1949-1976) di bawah Mao Zedong,
-----------
(1976-1989)
----------
reformasi ekonomi (1976-1989) di bawah Deng Xiaoping,
---------------
(1989-2002)
---------------
pertumbuhan ekonomi (1989-2002) di bawah Jiang Zemin,
dan terakhir adalah periode di bawah
generasi pemerintahan keempat, antara 2002 hingga saat ini.
----------------------


Lihat Juga : 



Before fist published, 2 May, 2022 (There is another first published date)

Postingan Populer