Klenteng Gie Yong Bio, Sebuah Icon Persatuan di Little Of Tiongkok
Klenteng Gie Yong Bio, Sebuah Icon Persatuan Di Little Of Tiongkok
Tulisan Oleh : DMS, Editor : GIW
Polkrim On Line, Rembang (22/02/2023), Klenteng Gie Yong Bio adalah klenteng ketiga di Lasem yang saya kunjungi. Klenteng ini merupakan salah satu tempat peribadatan umat Tridharma yang berlokasi di kota Lasem, Rembang
Klenteng itu memiliki keistimewaan karena dibangun untuk menghormati tiga pahlawan Lasem yaitu Tan Kee Wie, Oey Ing Kiat, dan Raden Panji Margono. Sehingga Klenteng ini dianggap sebagai satu-satunya klenteng di Indonesia yang memiliki Kongco Pribumi
Penghormatan kepada Raden Panji Margono sebagai Dewa oleh komunitas Tionghoa di Lasem dapat disebut unik di seluruh Indonesia. Penghormatan "jabatan" Dewa kepada Pribumi adalah hal yang paling unik. Komunitas Tionghoa tidak sembarangan, serta merta menghormati orang sebagai Dewa, jika tidak karena sesuatu yang luar biasa.
Raden Panji Margono adalah termasuk bagian dari sedikit orang atau kalau tidak disebut sebagai satu-satunya pribumi Jawa yang dihormati oleh Komunitas Tionghoa sebagai Dewa dan diberikan persembahan penghormatan dengan mendirikan Klenteng Gie Yong Bio. Selain tentu saja menjadi bukti persahabatan leluhur kedua komunitas. Komunitas Tionghoa di seluruh dunia menghormati ketokohan seseorang dalam sejarah dengan mendirikan kuil penghormatan atau yang biasa dikenal di Indonesia sebagai Klenteng.
Hal ini tentu akan memicu diskusi serius jika kemudian para sejarawan mengangkat bukti lain tentang ketokohan besar di Indonesia yang terkait erat dengan komunitas Tiongkok atau Tionghoa. Raden Fatah misalnya (dengan nama Tionghoa : Jin Bun atau Jin Wen), pendiri Kerajaan Islam Demak adalah seorang Putra Brawijaya (Raja Kerajaan Majapahit) terakhir dari istri Tionghoa yang merupakan hadiah persahabatan antara Majapahit Dan Kerajaan Tionghoa. Demikian juga Kanjeng Sunan Kalijaga yang memiliki status yang sama seperti Raden Fatah. Bukti-bukti sejarah menunjukkan bahwa Sunan Kalijaga adalah Putra Brawijaya terakhir dari istri seorang Tionghoa yang merupakan hadiah persahabatan antara Majapahit dan Kerajaan Tionghoa, sama seperti Raden Fatah.
Setelah penghancuran 200 ribu lebih pasukan Khu Balai Khan (Dinasti Yuan) oleh pendiri Majapahit Raden Wijaya (Brawijaya 1) (di Tarik, Sidoarjo, Jawa Timur), maka Dinasti Wijaya dari Majapahit ini menjalin persahabatan yang baik dengan Dinasti Ming yang mengusir Dinasti Yuan kembali ke Mongol. Persahabatan yang baik inilah yang kemudian dibuktikan dengan pemberian hadiah beberapa putri China Tionghoa kepada Raja-raja Majapahit, termasuk dua diantaranya adalah Ibu Raden Fatah dan juga Ibu dari Kanjeng Sunan Kalijaga yang sangat terkenal itu.
Dengan demikian paling tidak terdapat 3 pribumi yang sangat dihargai oleh Komunitas Tionghoa yang ikut andil dalam sejarah Nusantara selain tentunya Raden Panji Margono yang ditasbihkan di Klenteng Gie Yong Bio. Raden Fatah dan juga Raden Mas Said atau Kanjeng Sunan Kalijaga yang sangat terkenal itu.
Lasem yang menjadi tempat Klenteng Gie Yong Bio memang salah satu contoh kota kecil degan tingkat toleransi tinggi karena di sanalah sejarah hubungan baik antara warga Pribumi (Jawa) dengan Keturunan Tionghoa dan Arab bersahabat dengan akrabnya. Sebuah kota yang menjadi miniatur nilai-nilai luhur Pancasila, silaturahmi persatuan dengan segala bangsa, Persatuan Indonesia.
Keunikan yang luar biasa inilah yang kemudian membuat Ibu kota Kabupaten dari kota Lasem ini disebut-sebut sebagai The Little Of Tiongkok. (Alexandra, Jurnalis DMS, Editor GIW)